TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai cara dilakukan petugas gabungan dari petugas lapas dan kepolisian untuk bisa mengeksekusi Labora Sitorus di Sorong, Papua. Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM I Wayan Kusmiantha Dusak mengatakan petugas bahkan mengadakan upacara perdamaian dengan kepala suku setempat.
"Kami berupaya mengurangi banyaknya massa melalui upacara perdamaian dengan kepala suku karena anak kepala suku ini pegawai Sitorus," kata Wayan Kusmiantha saat dihubungi, Jumat, 4 Maret 2016.
Setelah dianggap cukup, Kusmiantha mengatakan pasukan gabungan pun bergerak untuk memindahkan Labora dari Lapas Sorong ke Lapas Cipinang, Jakarta. Labora, saat itu berada di rumahnya di Kecamatan Tambak Garam, Sorong, Papua karena alasan sakit.
“Kami kirim dari Jakarta satu regu dan satu regu dari Dirjen Lapas, serta dari Brimob Kelapa Dua. Sebelumnya kami koordinasi dulu ke Polisi Resor Sorong karena dia banyak mata-matanya sehingga perlu simulasi dan latihan-latihan," katanya.
Ada dua tim yang diturunkan saat itu, yakni satu tim pengalih yang masuk lewat pintu depan dan satu tim inti yang masuk dari pintu samping. Namun, saat hendak dijemput pada Jumat pagi tadi, petugas tak menemukan polisi pemilik rekening gendut Rp 1,5 miliar tersebut.
Menurut Kusmiantha, ada penjagaan cukup ketat dari masyarakat yang mendukung Labora. Bahkan di depan rumahnya ditutupi kayu-kayu dan satu truk kontainer besar. "Kami mau ambil ke rumahnya di Kecamatan Tampak Garam, Sorong. Saat sudah mau menangkap, eh, dia enggak di lokasi," ujar Kusmiantha.
Hingga kini, polisi, TNI, dan petugas Lapas masih mencari Labora di sekitar rumahnya. Petugas, kata Kusmiantha, menduga Labora masih berada di sekitar rumahnya yang berada di dekat laut dan merangkap sebagai pabrik yang sekitarnya banyak pondok-pondok perumahan. "Asumsi pertama kami, dia disembunyikan di sekitar cottage-cottage dan kabur lewat atau sekitar situ," katanya.
ARIEF HIDAYAT