TEMPO.CO, Karawang - Puluhan orang aktivis lingkungan memunguti pakaian dalam yang berserakan di mata air Pancuran Mas, Kampung Sinapeul, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Yuda Febrian Silitonga, koordinator aksi mengatakan ratusan celana dalam baik pria maupun wanita telah berserakan di mata air tersebut.
Atam, 45 tahun, seorang tokoh pemuda di Desa Wargasetra mengatakan, mata air Pancuran Mas dianggap keramat oleh warga sekitar. Orang yang mandi dan melempar uang koin ke mata air tersebut percaya keinginannya bisa terkabul. "Ritual buang pakaian dalam usai mandi, dianggap bisa buang sial," ujar Atam, saat ditemui Tempo di Kampung Sinapeul, Minggu 21 Februari 2016.
Ritual tersebut biasa dilakukan sepanjang tahun. Atam mengatakan ritual buang sial paling marak dilakukan saat bulan Mulud. Tidak sedikit tamu yang datang dari luar daerah, seperti dari Lampung, Surabaya, Jawa Tengah, Banten, bahkan dari Jakarta. "Setiap malan di bulan Mulud, tamu tiada henti berdatangan, satu malam bisa sampai empat mobil. Pedagang yang buka warung sampai menyetok cerutu buat sesajen," tutur Atam.
Banyaknya tamu yang membuang pakaian tersebut menimbulkan masalah. Celana dalam maupun bra berserakan dan berceceran di sekitar mata air tersebut. Atam mengatakan, seusai bulan Mulud ia bisa mendapat empat karung pakaian dalam pria maupun wanita.
"Saya punguti, daripada berserakan tidak enak dipandang mata, saya gunakan untuk membuat orang-orangan sawah. Lumayan, untuk menakut-nakuti burung pipit. Sering juga saya gunakan untuk menyumbat pipa paralon yang bocor," beber Atam.
Pada Sabtu, 20 Februari 2016, puluhan anggota Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum (Forkadas C+) berhasil mengumpulkan dua karung pakaian dalam. "Jelang hari peduli sampah nasional, kami melakukan aksi pembersihan mata air di Pegunungan Sanggabuana. Sekalian mengukuhkan Kampung Sinapeul sebagai Kampung Air," ujar Yuda saat ditemui di tempat yang sama.
Kampung Sinapeul terletak di kaki Gunung Sanggabuana. Terdapat tiga mata air di kampung tersebut. Selain mata air Pancoran Mas, ada juga mata air Cisamsuri dan Tayakan Talaga. "Ketiga mata air tersebut dalam keadaan tidak terawat, sehingga perlu dipercantik. Bersama warga sekitar, kami memasang papan nama dan membersihkan mata air dari sampah-sampah," ucap Yuda.
Di Pegunungan Sanggabuana, terdapat ratusan mata air. Yuda mengatakan, puluhan mata air di Sanggabuana telah hilang. "Saat ini Forkadas sedang melakukan pendataan dan penyelamatan mata air di Pegunungan Sanggabuana, Karawang Selatan," kata Yuda.
HISYAM LUTHFIANA