TEMPO.CO, Mojokerto -Banjir yang merendam ratusan hektare lahan sawah tanaman padi di Kabupaten Mojokerto dalam sepekan terakhir diprediksi akan mempengaruhi produksi gabah kering panen (GKP).
“Produksi gabah kering tahun ini diprediksi turun 5.100 ton,” kata Kepala Bidang Rehabilitasi Pengembangan Lahan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Hananta Suluh, Senin, 15 Februari 2016.
Menurut Hananta, dalam kondisi normal, Kabupaten Mojokerto bisa menghasilkan 234 ribu ton GKP dalam setahun dengan luas lahan 39 ribu hektare. Namun dengan pusonya tanaman padi akibat terendam banjir, produksi GKP diprediksi berkurang 5.100 ton.
Dinas Pertanian setempat mencatat sedikitnya luas sawah padi puso akibat terendam banjir mencapai 850 hektare di delapan kecamatan. Lahan terendam paling banyak berada di Kecamatan Mojoanyar seluas 438 hektare. “Tanaman padi di kecamatan ini rata-rata berumur 8-40 hari setelah tanam,” ujar Hananta.
Disusul Kecamatan Pungging seluas 151 hektare, Mojosari 55 hektare, Ngoro 55 hektare, Sooko 65 hektare, Bangsal 21 hektare, dan Jatirejo serta Trowulan masing-masing 5 hektare. Tanaman padi yang rusak di tujuh kecamatan itu berusia 8-80 hari setelah tanam.
“Kerugian tanaman yang baru tanam sekitar Rp1 juta per hektare, sedangkan yang mendekati masa panen bisa Rp 10 juta per hektare karena petani sudah mengeluarkan biaya pupuk, insektisida, dan biaya perawatan,” kata Hananta.
Hananta berujar, untuk membantu petani yang tanaman padinya puso, Dinas Pertanian melaporkan dan mengajukan bantuan ke Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. “Kami berharap ada bantuan benih dari APBN dan APBD Pemprov Jatim tahun ini.”
ISHOMUDDIN