TEMPO.CO, Trenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek menetapkan status siaga demam berdarah. Dalam satu bulan, 96 orang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soedomo, Trenggalek, akibat demam berdarah. Satu orang di antaranya meninggal.
Serangan demam berdarah di Kabupaten Trenggalek telah membuat waswas masyarakat dan pemerintah daerah setempat. “Serangan ini cukup tinggi hingga perlu ditetapkan status siaga,” kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek Rufianto, Selasa, 2 Februari 2016.
Menurut Rufianto, serangan demam berdarah ini telah menunjukkan peningkatan intensitas sejak musim hujan tiba. Karena itu Dinas Kesehatan telah memberantas sarang nyamuk sejak Desember 2015. Upaya itu pun masih belum maksimal dengan munculnya satu korban jiwa warga Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, pada pertengahan Januari kemarin.
Pengetahuan warga yang minim tentang serangan demam berdarah dituding sebagai penyebab tingginya risiko keselamatan pasien. Rata-rata penderita yang diterima petugas medis di ruang gawat darurat telah dalam keadaan buruk dan berstatus dengue shock syndrome. “Banyak yang terlambat membawa ke rumah sakit,” ujar Rufianto.
Selain itu, hingga kini masih banyak warga yang mengacuhkan dan menganggap enteng pembersihan sarang nyamuk. Penelusuran di rumah korban meninggal bernama Nita, 30 tahun, di Desa Mlinjon, menunjukkan banyaknya jentik nyamuk hingga di atas ambang batas. Kondisi ini terjadi di bak mandi rumah korban, genangan statis, hingga masjid dan sekolah di sekitar rumah Nita.
Untuk menekan serangan demam berdarah tahun ini, Dinas Kesehatan Trenggalek telah membentuk tim pengasapan di wilayah tugas 31 puskesmas di 14 kecamatan. Tim ini akan bergerak ke tempat-tempat yang diidentifikasi endemi untuk memastikan tak ada bibit nyamuk Aedes aegypti.
Sementara itu, meski persoalan yang sama juga mengincar masyarakat Kota Kediri. Namun pemerintah daerah setempat justru mengurangi upaya pengasapan atau fogging. Berdasarkan rujukan Dinas Kesehatan setempat, pengasapan ini membuat nyamuk semakin kebal. “Selain itu obat untuk asapnya juga berbahaya bagi manusia,” kata Wali Kota Kediri Abdullah Abubakar.
Pemerintah Kota Kediri memilih meningkatkan kewaspadaan petugas pemantau jentik (jumantik) di setiap kecamatan dengan memberantas sarang nyamuk. Langkah ini dianggap jauh lebih efektif dibanding pengasapan. Selama Januari 2016, jumlah pengidap demam berdarah di kota ini tercatat 33 orang, sebagian besar anak-anak.
HARI TRI WASONO