TEMPO.CO, Denpasar - Kelompok seni lukis asal Bali, 6th Element membuat sebuah lukisan abstrak di jalan depan Kantor Gubernur Bali. Kelompok seni yang terdiri dari tiga orang itu berusaha merespon aksi ribuan warga Bali yang melakukan aksi menolak reklamasi Teluk Benoa di depan Kantor Gubernur Bali, dalam medium lukisan.
“Isu lingkungan memang menjadi konsep kami berkarya. Hari ini, spirit perlawanan teman-teman yang menolak reklamasi kami tuangkan menjadi karya seni. Kami spontanitas saja,” kata Ketua 6th Element, I Gusti Made Wisatawan, saat melukis di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Jum’at, 29 Januari 2016.
Made bersama dua orang temannya, Gede Merta Sukarya dan Kadek Astika Yasa melukis dengan gaya abstrak, menggunakan perpaduan sembilan warna di atas kanvas 2x6 meter. Tema lukisan dalam aksi menolak reklamasi itu diberi nama ‘Meraga Bumi’.
“Artinya ‘menjadi bumi’, kita merasakan perubahan yang menggrogoti hidup. Kita (manusia) juga ikut merasakan dalam eksploitasi, karena bumi dan manusia adalah satu,” tuturnya.
Karya lukisan abstrak, kata Wisatawan, bisa lebih kuat membawa pesan tentang kerusakan alam yang terus terjadi di bumi. “Reklamasi di Teluk Benoa itu sebuah upaya dari pengingkaran terhadap kodrat alam, termasuk nantinya akan menggusur warga lokal demi keuntungan investor,” ujar Wisatawan.
Sembilan warna yang berpadu dalam lukisan itu tampak membentuk simbol Naga Besuki dan Bumi. “Naga itu simbolisasi dari energi menjaga bumi, tapi ia bisa merusak kalau manusia tidak ramah. Tentu lukisan ini kami harap bisa menjadi refleksi memurnikan pikiran kita,” katanya.
Wisatawan meminta agar, “Jangan sampai imbas modernitas membuat kita terpengaruh di bawah kuasa kapitalis, hingga membuat kita lupa menjaga bumi,” tambahnya.
BRAM SETIAWAN