TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Maluku Said Assagaff berkeluh kesah mengenai adanya ketimpangan pembangunan dan pendidikan antara daerah di bagian barat dan timur Indonesia. "Kebijakan pembangunan bertumpu di barat, akibatnya muncul disparitas yang tajam," kata Said saat membuka Festival Pendidikan Maluku di Taman Budaya, Ambon, Jumat, 29 Januari 2016.
Said mengatakan ketimpangan pembangunan tersebut berimbas pada penyebaran guru yang tidak merata. Satu penyebabnya, kata dia, banyak guru di Maluku memilih mengajar di wilayah yang mudah diakses dengan sarana transportasi ketimbang daerah yang jauh. "Gaji sebulan seorang guru di sini tak cukup untuk biaya transportasi. Akibatnya kondisi kualitas sumber daya manusia Maluku menjadi rendah," kata Said.
Selain masalah infrastruktur jalan ke pelosok, Said juga menyinggung mengenai kesulitan guru-guru di Maluku untuk melanjutkan pendidikan. Dari total 32 ribu guru di Maluku, hanya 12 ribu guru yang berkualifikasi guru profesional.
Dengan kondisi itu, ia mengatakan Maluku harus berbenah dengan cara mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai. Satu cara yang dilakukan pemerintah daerah, kata dia, dengan menggelar Festival Pendidikan Maluku. Kegiatan ini diharapkan dapat menemukan program pendidikan yang dapat menggenjot kualitas SDM di Maluku. "Mari menjadi masyarakat cerdas agar nasib kita berubah," katanya.
Menanggapi keluhan Said, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan Kementerian Pendidikan sudah memprogramkan penyediaan guru untuk wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dengan nama Guru Gugus Depan. Lewat program ini, kata Anies, setiap guru yang mendaftar akan ditempatkan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dan berada di garis terdepan. "Guru Gugus Depan sifatnya permanen guru itu di sana, tahun ini berencana mengirim 3.000 guru," kata Anies.
DIKO OKTARA