TEMPO.CO, Bandung - Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Parahyangan, Bandung, terhadang hujan badai dan badai salju. Rencana mencapai puncak Gunung Aconcagua di Argentina pada 27 Januari 2016 harus diatur ulang.
Anggota tim publikasi ekspedisi tersebut di Bandung, Alfons Yoshio, mengabarkan, guyuran hujan dan badai salju di base camp Plaza De Mulas pada 23 Januari malam hari lalu membuat daerah itu tertutup salju. Plaza De Mulas, di ketinggian 4.250 meter di atas permukaan laut, adalah base camp pendakian dari jalur normal.
Baca juga: Ekspedisi 7 Puncak Dunia, Mahasiswi Unpar Daki Aconcagua
Kondisi tersebut juga menutup jalur pendakian, Ahad, 24 Januari 2016. Karena gangguan cuaca tersebut, tim mahasiswi Unpar telah empat hari tinggal di kamp itu, bertambah satu hari dari perencanaan. "Tim menata ulang rencana pendakian di Aconcagua karena belum bisa ditentukan kapan akan dibuka kembali," katanya lewat siaran pers, Senin, 25 Januari 2016.
Tim pendaki lain yang berada di Camp 1 Plaza Canada pada ketinggian 4.900 mdpl, Camp 2 Nido De Condores setinggi 5.400 mdpl, dan Camp 3 Colera di ketinggian 6.000 mdpl ditarik mundur.
Baca juga: Badai Corentin di Australia Berdampak di Cilacap
Berdasarkan laporan terbaru, Minggu malam, 24 Januari, kata Alfons, cuaca buruk berangsur membaik. Tiga anggota tim, Fransiska Dimitri Inkiriwang, 22 tahun, Mathilda Dwi Lestari (22), dan Dian Indah Carolina (20), dilaporkan dalam kondisi sehat.
Dalam rangkaian pendakian 7 puncak gunung tertinggi di dunia di tiap benua, trio mahasiswi tersebut telah mencapai puncak Gunung Carstensz Pyramid di Papua pada Agustus 2014, Gunung Elbrus di Rusia, serta Gunung Kilimanjaro di Tanzania pada Mei 2015.
ANWAR SISWADI