TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membeberkan aliran dana Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang dikirim ke kelompok teroris di Indonesia untuk menggelar aksi teror di Jalan Thamrin, Jakarta, pada pekan lalu. “ISIS itu kan menguasai seluruh aset Suriah, termasuk minyak,” tutur Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis, 21 Januari 2016.
Anton menduga ISIS mendapat banyak pendapatan dari hasil rampasan. Sejumlah kilang minyak di Suriah, kata dia, diambil alih untuk kemudian dikuasai sebagai sumber pendapatan utama. Dia menduga pendapatan itu kemudian dikirim untuk alokasi jihad, termasuk dikirim ke Indonesia.
“Makanya harga minyak mentah dunia terus turun. Ketika pasar menjual US$ 40, ISIS berani menjual US$ 38,” tuturnya. Anton menambahkan, ISIS berani menjual minyak lebih murah untuk merusak perekonomian. Dia juga berasumsi bahwa ISIS bahkan rela menjual minyak murah hanya untuk menutupi ongkos produksi.
Di Suriah, jaringan ISIS Indonesia, kata dia, dipimpin Bahrun Naim. Kepolisian mendapatkan bukti bahwa dia merupakan pemimpin aksi teror bom Thamrin. Kepolisian berhasil mendapatkan bukti adanya 10 kali transaksi pendanaan. Transaksi dilakukan secara manual dan melalui pengiriman rekening.
Sebelumnya, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono menyebutkan Bahrun Naim bukan pemimpin aksi teror. Tapi, dalam hal ini, Mabes Polri mengaku berbeda persepsi. Mereka tetap percaya ahli IT itu merupakan otak aksi teror tersebut. “Bisa saja beda persepsi, tapi kami ngomong berdasarkan bukti.”
Meski demikian, polisi tidak memungkiri bahwa pihaknya juga menyelidiki adanya indikasi keterlibatan kelompok lain. Di antaranya kelompok Santoso dan kelompok Wal Jihad Indonesia, yang dipimpin Aman Abdurahman. “Memang ada beberapa kelompok yang berafiliasi dengan Suriah.”
Saat ini, kepolisian mengaku berfokus mengungkap aliran dana teror Thamrin. Kata dia, ada banyak orang yang terlibat saat proses pendanaan aksi teror. Mereka biasanya menitipkan dana tersebut kepada orang tertentu, lalu diambil tangan kedua, lalu ketiga, dan seterusnya agar tidak dideteksi intelijen ataupun polisi.
AVIT HIDAYAT