TEMPO.CO, Jakarta - Frank Feulner, pria berkebangsaan Jerman, tiba di gerai kopi Starbucks di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Januari 2016, pukul 10.02 pagi. Cuaca Ibu Kota pagi itu cukup hangat. Menurut accuweather.com, suhu Jakarta mencapai 31 derajat Celsius, berawan, dengan kelembaban 70 persen.
BACA: Bom Thamrin, Densus Buru Kelompok Teroris ke Daerah
Hari itu, Frank bertemu Johan Kieft, koleganya asal Belanda yang bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Johan datang 13 menit kemudian. Keduanya berbicara soal liburan akhir tahun mereka. Di sela pembicaraan, Frank melihat pemandangan yang tak biasa di kedai kopi asal Amerika Serikat ini.
Ada tujuh orang yang tampak hanya berdiri di dekat meja tinggi, tak langsung mencari tempat duduk seperti pengunjung Starbucks pada umumnya. Tak berselang lama, ketujuh orang itu keluar. Beberapa menit kemudian, sekitar pukul 10.30, terjadi ledakan dari arah samping kanan Starbucks.
BACA: Detik-detik Polisi Ditembak Dua Terduga Teroris Bom Sarinah
Frank dan Johan adalah dua dari puluhan korban serangkaian penembakan dan pengeboman yang terjadi di Sarinah, Jakarta Pusat, lokasi yang menjadi tempat bagi banyak gerai asal Amerika Serikat. Di samping kiri Starbucks, ada Burger King. Di seberang kanan Starbucks, juga ada gerai McDonald.
Ada enam ledakan dan insiden tembak-menembak yang kemudian berujung tewasnya tujuh orang, lima di antaranya para pelaku serangan.
BACA: BOM THAMRIN: Jokowi Pastikan Keamanan Jakarta Terkendali
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyebut ISIS pelaku serangan ini. Aamaq, kantor berita yang punya hubungan dengan ISIS, melansir pernyataan organisasi yang dipimpin Abu Bakar Al-Baghdadi itu mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Charliyan, menyebut serangan ini “meniru tindakan teror di Paris”, yang juga didalangi ISIS pada 13 November 2015. Pelaku meledakkan bom bunuh diri dan melepaskan tembakan di restoran, kafe, serta ruang konser di Paris dan pinggiran utara negara itu, Saint-Denis. Kejadian itu menewaskan 130 orang serta melukai 300 lainnya.
BACA: EKSKLUSIF: Penembak di Sarinah Itu Muncul dari Kerumunan Orang
Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, mengatakan penyerang Sarinah punya gaya yang sama dengan teroris di Paris, yaitu lebih menyasar kerumunan orang, bukan kelompok tertentu. Hal itu terlihat dari para korban, yang berasal dari latar belakang berbeda.
Ada korban warga asing, perempuan, dan polisi. “Kasus ini sama dengan teror bom di Paris, yang juga menyasar kerumunan,” kata Taufik. Menurut Taufik, beberapa kelompok radikal yang juga berafiliasi dengan ISIS sempat menyasar aparat keamanan sebagai target karena teman-teman mereka ditangkap.
BACA: Warga Belanda Korban Bom Sarinah Ini Ramah dengan Tetangga
Kesamaan lainnya antara teror di Jakarta dan Paris adalah jenis serangan yang terbuka. Alih-alih menaruh bom lalu kabur diam-diam dan membiarkan bom meledak sendiri, pelaku membawa senjata api dan menembak dengan tenang. Mereka menyalakan bom agar terlihat.
“Tujuannya tentu agar bisa diliput dan dikenal melalui media, agar stabilitas ekonomi dan politik terganggu, serta menciptakan rasa takut di masyarakat,” kata Taufik.
Pengamat terorisme, Mardigu Wowiek Prasantyo, punya pandangan sama. “Kelompok ISIS biasanya menyerang dengan senjata, seperti serangan di Sarinah,” kata dia. Bila mereka tertekan, kata Mardigu, mereka akan menjalankan aksi bom bunuh diri.
MITRA TARIGAN | TIKA PRIMANDARI | THE INDEPENDENT | FOX NEWS
TRAGEDI BOM THAMRIN
BOM SARINAH, Kesaksian Fotografer Tempo Rekam Aksi Pelaku
BOM SARINAH, Detik-detik Mencekam, Raiskana Tertembak