TEMPO.CO, Semarang - Penulis buku yang dilaporkan Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah, Ahmad Fauzi, pernah menderita gangguan jiwa. Lulusan Aqidah Filsafat Universitas Islam Negeri Semarang angkatan 1999 ini mengaku memang menderita gangguan jiwa jenis skizofrenia. “Salah satu penyebab punya skizofrenia adalah faktor keturunan,” katanya kepada Tempo di Semarang, Kamis, 7 Januari 2016.
Sebelumnya, FPI Jawa Tengah melaporkan penulis buku Tragedi Incest Adam dan Hawa dan Nabi Kriminal tersebut ke polisi dengan tuduhan menistakan agama melalui tulisan di status Facebook dan Twitter. Ketua Tim Advokasi FPI Jawa Tengah Zainal Abidin Petir menuduh Fauzi sebagai penulis yang memasarkan buku dengan cara tak elegan.
Anggota Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah ini menduga, agar bukunya terjual, Fauzi berkoar di Facebook sambil menistakan agama. Penyidik Kepolisian Daerah Jawa Tengah sudah memeriksa Fauzi pada Selasa, 5 Januari 2016, selama empat jam lebih.
Fauzi mengaku, selain faktor keturunan, ada faktor aktivitas. Fauzi menyatakan terkena skizofrenia karena terlalu rajin membaca dan menulis. Yang paling fatal, dia mengaku pernah membaca dan menulis buku selama tiga hari berturut-turut tanpa tidur. Akibatnya, gangguan jiwa itu muncul. Kala itu, Fauzi, yang usianya baru 19 tahun, meneliti Al-Quran dengan perspektif singularitas Stephen Hawking.
“Tapi itu, menurutku, pemikiran yang masih mentah. Maklum, masih berumur 19 tahun,” ujarnya. Setelah itu, Fauzi mengaku dalam dirinya muncullah delusi. Saat berumur 19 tahun itulah, Fauzi mulai terkena skizofrenia. Saat ini, pria asal Semarang tersebut sudah berumur 36 tahun.
Ihwal gangguan jiwa ini, Fauzi sudah menulis pengalamannya menjadi sebuah buku yang ia beri judul Agama Skizofrenia, Kegilaan, Wahyu dan Kenabian.
Dalam buku setebal 363 ini, Fauzi juga menyebut Nabi Muhammad SAW "mengidap" skizofrenia. Alasannya, Nabi Muhammad sering berkontemplasi di dalam gua dan menyendiri dari keramaian. Selain itu, kata dia, ketika pertama kali menerima wahyu, Nabi Muhammad dalam kondisi kehilangan kesadaran (unconsciousness).
Selama ini, tulisan-tulisan Fauzi memang sering terkait dengan agama. Suatu ketika, Fauzi menulis status di media sosial yang berbunyi: “Aku tidak bisa mengagumi Muhammad karena ia bukan manusia. Manusia yang dianggap lepas dari segala dosa, itu bukan manusia lagi”.
Saat Tempo bertanya apakah menulis status di media sosial seperti itu ia lakukan secara sadar? Fauzi menjawab, “Menulis di Twitter waktu itu emosinya belum terkendali.”
ROFIUDDIN