TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso mengatakan janjinya untuk mengajukan amnesti bagi pemimpin kelompok bersenjata Aceh, Nurdin Bin Ismail alias Din Minimi, tak akan menimbulkan kecemburuan bagi kelompok lainnya. Misalnya pempinan kelompok radikal Santoso atau pemimpin kelompok Papua Merdeka.
"Kalau mereka ingin seperti Din, ya turun saja, menyerahkan diri," kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 1 Januari 2016. "Kalau bisa damai, kenapa tidak."
Sutiyoso berencana melakukan pendekatan dengan Papua dan Poso, seperti yang telah dilakukannya kepada Din Minimi. Pertama, dia akan melakukan pendekatan secara halus. Bila tak berhasil, tak menutup kemungkinan ia akan menggunakan hard approach atau pendekatan keras.
Ia menerangkan, pendekatan dan janji amnesti tersebut dilakukan untuk kepentingan bersama. Mantan Panglima Komando Daerah Militer Jaya tersebut menegaskan langkahnya telah mendapat restu Presiden Joko Widodo.
"Ini semua orientasinya ke Presiden, semua bergerak ke sana," ujarnya. "Saya tidak mungkin berjalan sendiri. Ini taruhannya nyawa."
Saat proses negosiasi, Sutiyoso menjanjikan akan membantu Din untuk mengajukan amnesti kepada Presiden Joko Widodo. Kepada Din, ia berujar telah berkoordinasi dengan Presiden, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, serta Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat RI. "Saya optimistis Presiden akan mengabulkan amnesti untuk Din," ujarnya.
Din beserta kelompoknya menyerahkan diri kepada aparat keamanan di Provinsi Aceh pada Selasa, 29 Desember 2015. Mereka meminta pemberian amnesti bagi 120 anggotanya di lapangan dan 30 anggota lainnya yang sudah ditangkap.
DEWI SUCI RAHAYU