TEMPO.CO, Jakarta - Gempa bumi terjadi di sebagian besar wilayah Kalimantan Utara pada Senin dinihari, 21 Desember 2015. Gempa dengan kekuatan 6,1 skala Richter tersebut dirasakan oleh masyarakat Tarakan, Nunukan, dan Tanjung Selor.
Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, menjelaskan bahwa gempa bumi yang terjadi merupakan aktivitas gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) jenis intraplate dengan hiposenter dangkal. Itu terjadi karena sesar yang aktif, sehingga sangat relevan jika hasil analisis mekanisme sumber gempa bumi ini merupakan patahan mendatar (strike-slip fault).
“Kondisi tektonik di bagian timur Pulau Kalimantan memang cukup kompleks, sehingga zona ini memang merupakan kawasan paling rawan gempa bumi di Pulau Kalimantan,” ujar Daryono di Jakarta, Senin, 21 Desember 2015.
Baca: Gempa Tarakan, 10 Orang Terluka
Daryono menambahkan, selain disebabkan adanya beberapa struktur geologi sesar turun kerawanan, gempa bumi di zona ini juga terjadi karena adanya beberapa struktur sesar mendatar. Zona Nunukan-Tarakan dan sekitarnya secara tektonik diapit tiga sistem sesar mendatar. Di sebelah selatan terdapat dua sistem sesar yang berarah barat daya-tenggara, yaitu zona Sesar Mangkalihat (Mangkalihat fault zone) dan zona Sesar Maratua (Maratua fault zone). Zona Sesar Mangkalihat merupakan sesar kelanjutan dari Sesar Palu-Koro yang melintas dekat Kota Tanjung Redep.
Keberadaan zona Sesar Maratua juga tidak kalah penting untuk diperhatikan karena ujung sesar ini terletak di lautan yang lokasinya berdekatan dengan Kota Tanjung Selor. Adapun di sebelah utara Pulau Tarakan juga terdapat zona Sesar Sempurna (Sempurna fault zone) yang melintas dari Laut Sulawesi hingga Sabah Malaysia, dan melintasi kawasan yang berdekatan dengan Pulau Sebatik. Meski demikian, hingga saat ini kami belum dapat memastikan struktur sesar yang membangkitkan gempa bumi ini.
“Karena gempa bumi ini memiliki episenter di daratan dengan mekanisme sesar mendatar, maka gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Untuk itu masyarakat pesisir diimbau untuk tetap tenang,” kata Daryono.
INGE KLARA SAFITRI