TEMPO.CO, Bandung -Gelapnya malam tak menyurutkan dua bocah di Kampung Cieunteung, Baleendah, Kabupaten Bandung, untuk bermain air. Banjir yang menggenangi rumah mereka malah disambut suka cita. Dua bocah ini bermain perahu kayu dengan gembira.
Banjir mengepung kampung ini, sebelum hari pemilihan Bupati Bandung Barat yang digelar besok, Rabu, 9 Desember 2015. Tak jauh dari kubangan air tempat bermain para bocah, sejumlah orang dewasa mempersiapkan Tempat Pemungutan Suara yang akan digunakan besok pagi. Tempat tersebut yang luput dari genangan banjir di Kamlung Cieunteung.
Kendati banjir hampir merendam kampungnya setinggi 60 cm-100 cm itu, mereka tetap antusias menyongsong pesta demokrasi. Mereka sudah terbiasa dengan kondisi banjir seperti itu. Segala persiapan dari mulai tenda, bangku dan logistik pencoblosan sudah tersususun rapi di tempat yang beralaskan tanah ini.
Besok, pada agenda pencoblosan, telah tercatat 442 warga yang bakal menggunakan hak pilihnya di TPS 62, RW 20, Kampung Cieunteung. Meskipun sedang berada di tengah musibah banjir, panitia TPS tidak terlalu khawatir agenda pencoblosan akan terhambat. "Banjirnya baru satu meter. Kalau sudah dua meter kami baru pindahkan TPS nya," ujar Rahmat pengurus RW 20, Selasa, 8 Desember 2015.
Rahmat pun mengatakan, untuk mobilisasi warga yang terendam untuk datang ke TPS pihaknya telah menyiapkan 5 perahu untuk antar jemput warga yang memilih. "Nanti warga kami jemput," ujar dia.
Pihak Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bandung pun telah menyiapkan TPS cadangan di Taman Kota Baleendah, jaraknya hanya kuramg lebih 1,5 kilometer dari Kampung Cieunteung. Namun, TPS cadangan tersebut digunakan apabila kondisi TPS di Cieunteung sudah tak layak menyelenggarakan pencoblosan. "Cieunteung sedang kami monitor sampai malam," ujar Kepala Sub Bagian Logistik KPU Agus Hasbi kepada Tempo.
Kampung Cieunteung merupakan salah satu kawasan dengan elevasi terendah di Kabupaten Bandung. Lokasinya dikelilingi oleh aliran sungai anak Citarum. Sehingga, apabila musim hujan tiba, banjir tak pernah absen mengunjungi Cieunteung.
"Tahun kemarin paling besar. Pas bulan Desember kemarin, banjir sudah sampai jalan raya. Rumah juga tinggal keliatan gentengnya saja," ujar Asep salah satu warga Cieunteung saat berbincang dengan Tempo.
Pada musim penghujan tahun ini pun, warga selalu awas akan datangnya banjir. Ketika hujan besar tiba, warga selalu berkemas memindahkan perabotannya ke tempat yang lebih aman. Rata-rata penduduk di sana memiliki rumah lebih dari satu lantai. "Tapi, kalau udah parah kita baru ngungsi," ujar dia.
Asep tak berharap lebih dari pemimpin yang bakal ia pilih nanti. Ia hanya berharap dapat tinggal di tempat nyaman tanpa harus terjaga setiap malam ketika hujan besar tiba. "Ah, saya mah yang penting punya rumah nyaman," ujar dia.
IQBAL T. LAZUARDI S