TEMPO.CO, Jakarta - Situs religius di Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, tidak terawat sehingga rumput menutupi halaman gereja di lokasi tersebut.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua Barat, Daniel Rumbrawer, di Manokwari, Selasa, 24 November 2015, mengatakan bahwa situs keagamaan di pulau tersebut menyimpan potensi pariwisata yang cukup tinggi. Menurut dia, butuh peran aktif pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi tersebut.
Di lokasi itu, Daniel menambahkan, pemerintah sudah membangun kantor pengelola situs. Meski demikian, mantan kepala kampung di Pulau Mansinam ini menyebutkan hingga kini belum jelas petugas di kantor tersebut.
Menurut dia, di lokasi itu akan dikembangkan wisata menyelam. Namun hingga saat ini rencana tersebut belum terealisasi. Daniel berharap pemerintah daerah melibatkan masyarakat setempat untuk mengelola situs tersebut.
Selama ini, menurut Daniel, tanggung jawab pengelolaan situs itu tidak jelas, apakah pemerintah atau pihak gereja—dalam hal ini sinode. Masyarakat adat Pulau Mansinam, kata dia, kecewa karena tidak dilibatkan dalam pengelolaan situs tersebut.
Daniel menuturkan bahwa pengembangan situs dilakukan setelah pencanangan pembangunan situs pada tahun 2001. Situs tersebut telah diresmikan pada 5 Februari 2014.
Anggaran lebih dari Rp 127 miliar, Daniel menjelaskan, habis untuk pembangunan situs dan sejumlah sarana pendukung di pulau itu. Adapun dananya berasal dari pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Daniel menyarankan pemerintah daerah menyusun regulasi, seperti peraturan daerah, sebagai dasar hukum untuk membentuk lembaga yang akan mengelola situs tersebut. "Pengelolaan itu harus melibatkan masyarakat setempat karena mereka pemilik tanah di pulau itu," katanya.
Pulau Mansinam merupakan tempat dua penginjil dari Jerman pertama kali menginjakkan kaki di tanah Papua. Dari latar belakang sejarah itu, pulau ini dikenal sebagai lokasi situs sejarah peradaban umat Kristen di tanah Papua.
ANTARA