TEMPO.CO, Jakarta - Hayono Isman, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga di era Presiden Soeharto mengisahkan siapa sebenarnya pengusul agar Mas Isman, ayahnya itu mendapat gelar Pahlawan Nasional. Usulan itu, menurut Hayono, berasal dari para guru di Malang Raya yang mengusulkan kepada Wali Kota dan Bupati Malang.
"Saya mewakili keluarga mengucapkan terima kasih pada guru dari Malang Raya yang telah mengusulkan sebagai Pahlawan Nasional," kata Hayono Isman usai mewakili pemberian gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Kamis 5 November 2015.
SIMAK: Berapa Besar Uang untuk Keluarga Pahlawan Nasional?
Hayono Isman juga mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Malang, Bupati Malang, Gubernur Jawa TImur, Kementerian Sosial dan Dewan Gelar terhadap gelar Pahlawan Nasional kepada ayahnya, Mas Isman.
Mantan Ketua Kosgoro ini mengaku keluarga tidak ikut campur dalam mengusulkan gelar pahlawan kepada Mas Isman, Komandan Tentara Pelajar Jawa Timur ini.
"Saya dan keluarga tidak ikut campur mengusulkan gelar pahlawan ini, karena kami berpendapat itu adalah hak rakyat siapa yang pantas mendapat gelar pahlawan," ucapnya.
Mas Isman, ayah Hayono di kenal sebagai pendiri Kosgoro. Ia membentuk organisasi pelajar bersenjata pada 30 Agustus 1945 dengan dasar pemikiran bahwa pelajar harus berjuang mengangkat senjata melawan penjajah.
SIMAK: Jokowi Anugerahi Gelar Pahlawan Nasional pada 5 Tokoh
Pada 22 September 1945, pasukan pelajar dilantik oleh Sungkono di Sekolah Darmo-49 Surabaya dan Mas Iman sebagai komandannya.
Perjuangan tentara pelajar ini dimulai pada 9 November 1945 dengan pernyataan "Soempah Keboelatan Tekad" mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia.
Mas Iman yang lahir pada 12 Desember 1924 dan wafat pada 12 Desember 1982 ini memiliki enam anak, yakni Edi Isman, Hayono Isman, Hayani Isman, Maulana Isman, Ananda Isman dan Ininda Isman.
Riwayat pekerjaan, yakni Inisiator dan Komandan BKR/TKR Pelajar Surabaya (1945-1946), Inisiator dan Komandan TRIP Jawa Timur (1946-1950), Inisiator dan motor penggerak "People Defence" (1946-1950), Pendiri KOSGORO (1957), Delegasi RI untuk PBB (1958), Kepala Perwakilan RI untuk Rangoon (1959-1960), Duta Besar untuk Thailand (1960-1964), Duta Besar RI untuk Mesir (1964-1968), Asisten VI Pangad (1978-1982), Anggota DPR/MPR RI (1978-1982).
ANTARA