TEMPO.CO, Jakarta - Tumpukan aneka barang bekas memenuhi sebuah gubuk bambu di Komplek Perumahan Nasional Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal. Ada botol, karton, kardus hingga barang bekas macam kipas angin dan mesin cuci. Gubuk berukuran 3X4 meter persegi itu dikenal dengan sebutan Bank Sampah Bersih Mandiri.
Bank sampah ini didirikan secara swadaya oleh warga RW 7 Perumnas Desa Banyuajuh. Tujuannya untuk menampung sampah rumah tangga dari warga perumahan. Karena baru didirikan 28 April 2014 lalu, Bank sampah ini hanya menerima sampah kering seperti botol, kardus, kertas dan alat eletronik yang tidak terpakai. "Untuk sampah basah dalam jumlah besar belum bisa kami kelola," kata Rahmawati, salah satu pengelola bank sampah bersih mandiri, Selasa, 3 November 2015.
Menurut Ati, sapaan Rahmawati, tumpukan barang bekas itu berasal dari setoran anggota bank sampah sebanyak 160 orang. Mayoritas anggota merupakan warga RW 7 sebanyak 100 orang dan sisanya 60 anggota warga RW lain di perumahan yang sama. "Kalau ada botol bekas di rumah, anggota nyetor kesini," ujar dia.
Sama dengan pengepul barang bekas biasa, di bank sampah ini setiap barang bekas yang diantar anggota dibeli oleh pengelola. Bedanya, kata Ati, uang hasil penjualan langsung disimpan dalam buku tabungan. Uang tabungan baru bisa dicairkan setiap tiga bulan. "Tapi ada juga anggota yang minta dibayar tunai," ungkap Ati.
Endah Sulistiyono, salah anggota Bank Sampah Bersih Mandiri, mengaku banyak mamfaat yang dia rasakan sejak ada bank sampah. "Sampah terjadi jadi berkah," kata dia.
Berkah itu antara lain dirinya bisa memiliki uang simpanan untuk membantu suami bayar uang sekolah anak, beli buku pelajaran hingga bayar tagihan listrik. "Kalau suami lagi tidak ada uang, dengan menabung sampah, hasilnya bisa buat bayar iuran sekolah dan belanja sehari-hari," ucap wanita 40 tahun ini.
Camat Kamal, Faisol mengapreasi bank sampah di Desa Banyuajuh. Bank sampah itu, kata dia, telah menjadi percontohan dan banyak dijadikan tempat studyibanding dari daerah lain. "Wali Kota Sawah Lunto, Sumatera Selatan pernah datang ke Banyuajuh," katanya.
Kepala Bidang Kebersihan, Badan Lingkungan Hidup Bangkalan, Imam Syafri mengatakan keberadaan bank sampah mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sampang di Bangkalan. "30 persen sampah rumah tangga, kini diserap bank sampah," kata dia.
Data BLH Bangkalan menyebutkan saat ini jumlah bank sampah di Bangkalan sebanyak 10 unit. Kata Imam, pemerintah daerah mendorong masyarakat untuk ikut mengelola sampah dengan mendirikan bank sampah. "Buat bank sampah mudah, tinggal minta izin ke kepada desa dan ditembuskan ke kami," pungkas dia.
MUSTHOFA BISRI