TEMPO.CO, Yogyakarta - Para blogger dan pegiat media sosial sepakat memerangi paham aliran keras yang berujung pada terorisme. Paham yang disebarkan melalui laman Internet dan media sosial harus dihindari. Para blogger juga mengkampanyekan supaya konten yang menghasut dan mengundang permusuhan dihindari.
“Rekan-rekan sesama blogger diminta menyebarluaskan antipaham terorisme,” kata blogger dari Balikpapan, Bambang Herlandi, Kamis, 29 Oktober 2015.
Kelompok teroris, ucap dia, memanfaatkan dunia maya dengan menyebarkan ajaran kebencian, mengkafirkan, dan mengajak ke arah permusuhan. Menurut Bambang, mereka menyebarkan paham melalui Facebook, Twitter, YouTube, dan media lain. "Pengguna Internet rata-rata adalah anak muda. Target mereka itu sangat mengena," ujarnya.
Pakar media sosial, Nukman Luthfie, menuturkan lebih dari 60 persen pengguna Internet adalah kaum muda yang rentan dipengaruhi paham keliru. "Emosi bisa dibangkitkan melalui video di YouTube. Mata melihat dan telinga mendengar," katanya.
Adapun pakar teknologi dan informasi dari Institut Teknologi Bandung, Onno W. Purbo, menyarankan agar para peretas diundang ikut memerangi radikalisme terorisme. "Mereka (peretas) memiliki kemampuan, ide, serta gagasan dengan pola serangan, pertahanan, dan forensik. Tiga hal itu wajib dikuasai hacker," ucapnya.
Kepala Badan Nasional Pemberantasan Terorisme Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution menyatakan akan merangkul semua pihak dalam upaya melakukan deteksi dini penyebaran dan perekrutan teroris.
MUH. SYAIFULLAH