TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan mengadakan konferensi gambut sebagai salah satu cara merawat gambut untuk masa depan. Acara ini akan mengundang para ahli gambut dalam dan luar negeri. "Dari hasil konferensi itu kita akan membuat perencanaan ilmiah untuk restorasi gambut," ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Wakil Presiden, Senin, 26 Oktober 2015.
Luhut mengatakan acara tersebut akan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Kita ingin diadakan secepatnya, mungkin pekan ini," ujar Luhut. Dengan mengundang ahli gambut dari luar negeri, Luhut berharap dunia internasional akan ikut berpartisipasi dalam restorasi gambut.
Restorasi lahan gambut, kata Luhut, tak mungkin berlangsung singkat. Ia memperkirakan restorasi baru terasa dampaknya tiga sampai lima tahun mendatang. Ditambah lagi, luas lahan gambut di Indonesia sangat luas. Kemudian, kata Luhut, Kalla juga meminta pemadaman menggunakan teknologi kimia.
Susahnya kebakaran dipadamkan, kata Luhut, disebabkan oleh dua hal. Pertama, lahan gambut yang luas dan kedua kondisi cuaca. El Nino tahun ini, kata dia, lebih panjang dibanding El Nino pada tahun 1997.
"Sekarang upaya yang kita lakukan bukan lagi memadamkan api tapi mengurangi resiko dampaknya. Ini akan kita lakukan sampai hujan turun," kata dia. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika, peluang hujan turun terbesar pada pekan ketiga atau keempat bulan ini.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sepuluh orang tewas dan 503.874 penduduk terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan 43 juta penduduk terpapar asap. Jumlah warga yang terserang ISPA itu tersebar di enam provinsi. Yakni 80.263 orang di Provinsi Riau, 101.333 di Provinsi Sumatera Selatan, 129.229 di Provinsi Jambi, 43.477 di Provinsi Kalimantan Barat, 52.142 di Provinsi Kalimantan Tengah, dan 97.430 di Provinsi Kalimantan Selatan.
TIKA PRIMANDARI