TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) Ayu Dewi Utari mengatakan kebakaran yang melanda puluhan hektare hutan di kawasan tersebut berdampak pada kelangsungan vegetasi, terutama tanaman anggrek.
Lokasi kebakaran, ucap Ayu, merupakan tempat tumbuhnya anggrek hijau atau Adenalia variensis yang hanya tumbuh di Semeru. "Posisi sekarang, tumbuhan ini sedang dormansi (fase istirahat dari suatu organ tanaman)," ujar Ayu, Senin, 26 Oktober 2015. Anggrek hijau baru akan tumbuh pada Maret-April.
Ayu menuturkan kebakaran yang terjadi saat ini juga telah mengancam kelangsungan anggrek tanah. “Kalau kebakarannya seperti ini, bisa juga umbinya ikut terbakar," kata Ayu. Jadi akan berpengaruh pada kelangsungan dan populasi tanaman tersebut.
Kebakaran di kawasan Semeru ini sudah kedua kalinya yang terjadi di jalur pendakian. "Untuk Semeru terbakar yang diakibatkan ulah pendaki sudah dua kali terjadi," ucapnya.
Sebelumnya, kebakaran karena ulah pendaki terjadi pada Juli-Agustus 2015 di Oro-oro Ombo. "Ini ulah pendaki yang kurang sempurna mematikan api, kemudian merembet ke Oro-oro Ombo," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam sepekan terakhir ini, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilanda kebakaran hutan. Puluhan hektare hutan ludes terbakar. Pada Senin, 26 Oktober 2015, setidaknya ada tujuh titik api yang tersebar di beberapa lokasi di kawasan tersebut. Kebakaran terjadi di sekitar Ranupani, Waturejeng, di bawah Watu Rejeng, pos 1, dekat Kandangan, serta dekat Bantengan (dua titik).
DAVID PRIYASIDHARTA