TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Bela Negara Kementerian Pertahanan Muhammad Faisal memastikan tidak ada latihan tembak-menembak dengan senjata api dalam pelatihan bela negara. Menurut dia, kurikulum bela negara hanya akan memasukkan pelajaran mengenai teori wawasan kebangsaan, latihan fisik, dan latihan berbaris.
“Tidak ada tembak-menembak segala macam. Enggak perlu rakyatnya dikasih senjata,” kata Faisal saat ditemui Tempo di kantornya, Senin, 19 Oktober 2015.
Menurut Faisal, selain memasukkan wawasan kebangsaan, Kementerian Pertahanan akan menekankan masalah wawasan Nusantara, nilai Pancasila, pendidikan karakter, hukum, dan kepemimpinan dalam kurikulum bela negara yang sudah dirancang awal 2015. Untuk prakteknya, dia menuturkan para kader akan diajak berdiskusi dan outbond.
Program bela negara rencananya akan diluncurkan hari ini, Kamis, 22 Oktober 2015. Menurut Faisal, ada 4.500 kader yang akan ikut pelatihan tahun ini. Mereka berasal dari 45 kabupaten di Indonesia. Para kader itu akan dilatih selama satu bulan secara terpusat di wilayah yang telah ditentukan. Faisal berujar, program tersebut akan berfokus pada kader dari lingkungan pendidikan, pekerjaan, dan permukiman.
Dari lingkungan pendidikan, kader yang akan ikut program bela negara adalah guru dan dosen. Untuk lingkungan pekerjaan, kader yang akan dilatih dari semua jenis profesi. Sedangkan untuk lingkungan permukiman, kader yang akan mengikuti pelatihan adalah para tokoh dan organisasi masyarakat.
Faisal mengatakan program bela negara akan menghabiskan biaya Rp 45 miliar yang bersumber dari anggaran pemerintah. “Pelatihnya 70 persen dari kalangan sipil dan 30 persen dari TNI,” ucap Faisal.
DANANG FIRMANTO