TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan membantah kinerja intelijen lemah sehingga terjadi kerusuhan di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil. Nangroe Aceh Darusalam. "Tidak ada itu," kata dia di Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis, 15 Oktober 2015.
Satu gereja dibakar massa di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, Aceh Singkil, Aceh, Selasa, 13 Oktober 2015. Buntut dari pembakaran itu, juga terjadi penembakan yang menyebabkan satu korban tewas dan ribuan orang mengungsi.
Luhut mengatakan intelijen sudah mengantisipasi serta menimalisisasi sebelum kerusuhan terjadi di Singkil. Namun, kata dia, ada hal-hal yang tidak dapat dihindari sehingga terjadi kerusuhan itu.
Ia enggan mengatakan apa yang dimaksudnya dengan "hal-hal yang tidak dapat dihindari" itu. Menurut dia, pemerintah, kepolisian, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah berusaha melakukan langkah-langkah untuk menenangkan keadaan. "Kami berharap selesai di Singkil saja," kata Luhut.
Kejadian semacam ini pernah terjadi pada 1979, 2011, dan 2013. Pada kejadian tahun ini, kata Luhut, ada massa yang memaksa melakukan pembakaran. "Padahal sudah ada kesepakatan untuk melakukan pembongkaran rumah ibadah yang tidak ada izin," katanya.
Luhut menuturkan lebih banyak warga dari Pakpak Bharat dibandingkan dengan Aceh yang menetap di Singkil. Masyarakat Pakpak itu, ucap dia, mayoritas beragama Kristen. Karena banyak yang beragama Kristen, banyak permintaan pembangunan rumah ibadah. Saat ini, ada 17 gereja di Singkil. "Baru lima atau tujuh yang mempunyai izin," katanya.
HUSSEIN ABRI YUSUF