TEMPO.CO, Pontianak – Arninda binti Idris Usman, 26 tahun, dua kali lolos dari musibah pada musim haji tahun ini di Arab Saudi. Pada 11 September 2015, dia selamat saat katrol raksasa ambruk di Masjidil Haram. Kejadian ini menewaskan 111 anggota jemaah haji, termasuk 11 warga Indonesia. Dia melihat sendiri katrol jatuh dan menimpa anggota jemaah haji lainnya.
Adapun Kamis 24 September lalu, Ninda—sapaan akrab Arninda—selamat dari tragedi Mina yang menelan 717 korban jiwa. “Dua kali kejadian hampir merenggut nyawa membuat saya sangat trauma,” kata dia lewat BlackBerry Messenger kepada Tempo, Jumat 25 September 2015.
Ninda tergabung dalam Regu 33, Rombongan IX, dari kelompok terbang (kloter) Batam (BTH) 14. Salah satu anggota jemaah Indonesia yang meninggal berasal dari kloter ini, yaitu Busyaiyah binti Syahril Abdul Gafar, 50 tahun.
Saat tragedi Mina terjadi, ia berada tepat di tengah lautan manusia yang panik. Ninda hanya bisa pasrah. Dia berulang kali melafalkan syahadat. Warga Jalan Tebu, Pontianak Barat, Kalimantan Barat, ini terseret dan diinjak hingga pingsan. Saat sadar, dia sudah di rumah sakit. “Katanya saya ditarik polisi karena masih ada napasnya,” kata anggota staf administrasi sebuah koran di Pontianak tersebut.
Baca juga:
Disebut Ahok Berotak Kelas Dua, Ini Reaksi Mengejutkan Jaya Suprana
Dilaporkan Tewas 30 Tahun Lalu, Wanita Ini Ternyata Hidup
Musibah Mina terjadi pagi hari sekitar pukul 08.00–11.00 waktu setempat. Jemaah haji Indonesia dijadwalkan melempar jumrah Aqabah pada sore hari mendekati magrib. Jalan Arab 204, tempat tragedi terjadi, bukan jalur bagi jemaah Indonesia. Mereka seharusnya melalui Jalan King Fahd dan Jalan Moasim.