TEMPO.CO, Bandung - Meroketnya harga ayam akhir-akhir ini banyak dikeluhkan oleh pengusaha katering di Kota Bandung. Pasalnya, daging ayam yang menjadi salah satu bahan primer dalam proses produksi usaha katering, harganya kini berkisar Rp 40-45 ribu per kilogram.
Guna menyiasati kondisi tersebut, pengusaha katering harus berpikir keras agar usaha yang mereka geluti tidak gulung tikar. Salah satunya dengan melakukan penyimpanan daging ayam yang berlebih.
Pasalnya, Persatuan Pedagang Warung dan Pasar Tradisional (PESAT) Kota Bandung akan melakukan mogok serentak pada Kamis, 20 Agustus 2015 hingga Sabtu, 23 Agustus 2015.
"Upaya kami adalah melakukan persediaan selama beberapa hari ke depan. Apalagi besok para pedagang sudah mulai mogok, tapi kebutuhan tetap harus ada. Apalagi menjelang weekend, kami selalu ada order saat weekend," ujar Ketua Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) Kota Bandung Imas Yuhana kepada awak media di sela acara launching majalah katering di Hotel The Trans Luxury, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Rabu, 19 Agustus 2015.
Menurut Imas, posisi pengusaha katering saat ini terjepit akibat melambungnya harga daging ayam. Selain itu, minimnya persediaan ayam membuat para pengusaha katering kian kerepotan.
Imas berharap pemerintah bisa bergerak cepat mengambil kebijakan terkait lonjakan harga daging ayam. Terlebih semua pihak terkena dampak dari kenaikan harga ayam tersebut.
"Kenaikan harga ayam yang wajarlah, yang menguntungkan bagi semua pihak seperti petani, pedagang, pengusaha maupun konsumen. Harga yang stabil dan membantu bisnis katering terus berkembang dan menyerap tenaga kerja," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Elly Wasliah mengimbau pedagang untuk tidak melakukan aksi mogok. Pasalnya, kata dia, aksi mogok itu akan merugikan banyak pihak, mulai pedagang, pengusaha kuliner, dan masyarakat umum.
"Sesuai dengan arahan Wali Kota kemarin bahwa tidak perlu sampai mogok, kami rencananya akan mengelar rapat dengan Pemerintah Provinsi l Jawa Barat. Kita akan duduk bareng, kenapa harga daging ayam tetap tinggi," katanya.
Analisis sementara, kata Elly, kenaikan daging ayam merupakan dampak dari kenaikan daging sapi beberapa hari kemarin. "Kenapa harga daging ayam tinggi, mungkin karena kemarin pedagang daging sapi mogok. Mungkin konsumen daging sapi beralih ke daging ayam, sehingga permintaan daging ayam menjadi meningkat. Makanya harga tinggi," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Tempo, sejumlah pedagang di pasar mengaku siap mogok mulai Kamis, 20 Agustus 2015 hingga Minggu, 23 Agustus 2015. Para pedagang sudah mendapatkan surat edaran dari Persatuan Pedagang Pasar dan Warung Tradisional (Pesat) ihwal rencana mogok.
“Besok mau ikut mogok, soalnya sudah dapat surat edaran. Semuanya juga ikut mogok, soalnya dari bandarnya juga bakalan kosong,” kata Oneng Setiawati, 29 tahun, pedagang di Pasar Cihaurgeulis, Kota Bandung, kepada Tempo, Rabu, 19 Agustus 2015.
Menurut Oneng, mogok dimulai pada pukul 12.00 WIB. Namun sejak Jumat hingga Minggu, para pedagang seluruhnya tak berjualan. Bila menolak mogok, kata Oneng, pedagang akan didenda Rp 20 juta.
Adapun pengelola Pasar Kosambi, Ahmad Sopiandi, membenarkan adanya aksi mogok pedagang ayam seperti yang dilakukan pedagang sapi beberapa waktu yang lalu. Ia mengatakan untuk pasar Kosambi sendiri, diserahkan sepenuhnya kepada pedagang apakah akan ikut mogok atau tidak. “Tapi biasanya ikut mogok semua sebab di sini (Pasar Kosambi) bisanya kompak,” ucap Ahmad.
AMINUDIN | ADI PERMANA