Misalnya saja ujar Lulut, di Yogya, seringkali juga jalanan terampas oleh aksi-aksi konvoi kelompok baik itu supporter bola maupun ormas dan pendukung partai politik. "Termasuk rombongan klub-klub motor mau motor gede motor kecil, seringkali memblokade jalan seenaknya, ini perlu diperingatkan bersama juga biar adil," ujar Lulut.
Lulut menuturkan, dengan bergulirnya peristiwa penghadangan rombongan moge di Yogya ini, ia menerima informasi jika akan ada aksi boikot dari warga atas penyelenggaraannya mendatang.
"Acara moge ini hanya setahun sekali, mentok tiga kali, nggak fair kalau harus diboikot hanya karena insiden satu semua digeneralisir," ujarnya. Lulut memahami persepsi masyarakat atas pengendara moge sudah terlanjur terbentuk seperti dalam film-film barat. Sehingga untuk memberi pemahaman atas tujuan yang ingin dicapai lewat event ini agak lumayan susah.
"Ada yang menuding pengendara moge diistimewakan karena dipimpin bekas pejabat, padahal tidak, justru bekas pejabat itu menyerukan jangan sampai ada masalah di jalan," ujarnya.
Lulut sempat berbagi di jejaring sosialnya, jika mantan Wakapolri, Nanan Soekarna yang juga ketua HDCI selalu menegaskan pada anggota prinsip 'No Complain, No Accident'.
Lulut enggan berkomentar ihwal adanya salah koordinasi pihak kepolisian dalam pengamanan konvoi acara JBR ini. "Silahkan tanya pak Gatot selaku ketua yang tahu," ujarnya. Yang dimaksud Lulut yakni Gatot Kurniawan Ketua HDCI Yogya. Namun saat Tempo mencoba menghubungi nomornya tak aktif.
PRIBADI WICAKSONO