TEMPO.CO, Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh membahas kerja sama tahap kedua dengan Pemerintah Kota Higashimatsushima, Jepang. "Kedua kota sepakat membangun perikanan dan manajemen bencana," ujar Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal usai pertemuan kedua pemerintah di Banda Aceh, Senin, 3 Agustus 2015.
Delegasi Kota Higashimatsushima diwakili pegawai pemerintah, mahasiswa, perwakilan JICA, dan HOPE-Community Based Mutual Recontruction Acceleration Program by Utilization Local Resources in Banda Aceh and Higashimatsushima (CoMU Project). Rombongan dari Jepang dipimpin Yoko Odaira, Kordinator HOPE.
Banda Aceh dan Kota Higashimatsushima sama-sama pernah luluh lantak disapu tsunami. Banda Aceh dilanda tsunami pada 26 Desember 2004. Selang tujuh tahun kemudian giliran Higashimatsushima dihantam tsunami. Kedua kota telah membangun kerja sama sejak April 2014.
Dalam pertemuan Wali Kota Banda Aceh Illiza juga menerima draf MoU kerja sama yang telah disepakati bersama. ”Semoga kerja sama ini bisa berjalan lancar,” ujarnya.
Asisten Administrasi Umum Banda Aceh M. Nurdin mengatakan kerja sama kedua pihak pada tahap pertama lebih bersifat umum, yakni di sektor pengelolaan sampah, mitigasi bencana, perikanan dan pariwisata serta community bussiness. Kedua belah pihak telah beberapa kali mengadakan program pertukaran delegasi, baik pegawai negeri sipil maupun masyarakat, untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.
“Untuk ke depan kami menawarkan kerja sama lanjutan pada tiga sektor, yakni perikanan, communal garden, disaster management, dan program creative camp,” katanya.
Sementara itu, Yoko Odaira mengatakan Banda Aceh berhasil menjaga situs-situs tsunami dengan baik. “Kota kami juga punya sejumlah tempat serupa, tapi belum digarap dengan baik,” ujarnya. Menurut dia, di Kota Higashimatsushima juga ada sejumlah tempat bekas tsunami, seperti Hutan Kota Tibang, yang belum dikelola dengan baik.
ADI WARSIDI