TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga dari berbagai daerah berebut gunungan Grebeg Syawal yang diselenggarakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Sabtu 18 Juli.
Dalam acara itu, tujuh gunungan berisi aneka hasil bumi diarak ratusan prajurit dari Siti Hinggil Keraton Yogyakarta. Lima di antaranya menuju Masjid Gede Kauman, dan dua gunungan lainnya menuju Kantor Kepatihan, dan Puro Pakualaman.
Sadi (40) warga asal Banguntapan, Bantul mengatakan, berebut gunungan merupakan ritual tahunan yang sudah dilakoninya setiap Keraton menyelenggarakan Grebeg Syawal.
Ia telah menunggu acara itu sejak pagi, mengaku puas karena berhasil mendapatkan bagian dari gunungan berupa jajanan pasar. "Ini tidak buat apa-apa. Rasanya puas saja akhirnya bisa dapat," kata dia.
Saginah (60) lagi lagi. Warga Kota Yogyakarta itu mengatakan hendak menggunakan bagian dari gunungan yang dia dapat sebagai pupuk penyubur tanaman. "Ini soal kepercayaan saja," kata dia.
Baca Juga:
Tepas Keprajuritan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Enggar Pikantoko mengatakan, gunungan berupa hasil bumi yang dibagikan kepada masyarakat merupakan wujud rasa syukur Sultan HB X terhadap Allah SWT. "Karena Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam, Grebeg selalu dilakukan memperingati hari-hari besar Islam, selain Grebeg Syawal, juga ada Grebeg Besar dan Grebeg Maulud," kata dia.
ANTARA