TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pemerintah menyiapkan anggaran Rp 3,6 triliun untuk rehabilitasi dan rekonstruksi bencana di Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. "Dana ini akan digunakan dalam jangka panjang karena erupsi Gunung Sinabung diprediksi akan berlangsung hingga lima tahun ke depan," ucap Sutopo, Senin, 6 Juli 2015.
Sutupo berujar, alokasi paling besar dari dana tersebut untuk pembangunan infrastruktur, yaitu pembangunan dam sabo sebesar Rp 1,68 triliun. Dam sabo adalah bendungan material gunung. Pemerintah berencana membangun seratus dam sabo untuk menahan agar material lahar dingin di puncak Sinabung tak menerjang permukiman. Saat ini, tutur Sutopo, material tersebut menumpuk di puncak dan saat hujan sering berubah menjadi lahar hujan kemudian menghantam perumahan warga.
Selain infrastruktur, dana tersebut digunakan untuk pembangunan sektor permukiman. Sutopo mengatakan 2.053 keluarga harus direlokasi dari desa asalnya karena tak memungkinkan untuk kembali. Dana pembangunan permukiman bagi para pengungsi disiapkan Rp 352,5 miliar.
Selanjutnya, ucap Sutopo, perekonomian masyarakat sekitar Sinabung juga harus dipulihkan. Pemerintah menyiapkan dana Rp 1,27 triliun untuk sektor penanganan ekonomi produktif. Menurut Sutopo, erupsi Sinabung telah memiskinkan warga Karo.
Warga Karo, yang sebagian besar mencari nafkah dengan berkebun jeruk, biasanya memperoleh penghasilan Rp 10-20 juta per bulan. Kini pendapatan mereka sangat terbatas karena tak memungkinkan untuk bekerja kembali di ladangnya. Melihat kondisi erupsi, Sutopo memprediksi pemulihan lahan yang tertimbun lahar api yang membatu juga akan susah dilakukan. "Perlu dipikirkan alih profesi untuk warga," tuturnya.
Sutopo mengatakan program rehabilitasi dan rekonstruksi telah disusun hingga 2017. Saat ini fokus utama BNPB adalah membangun permukiman baru bagi 307 keluarga dari tiga desa yang terdampak paling parah. Sinabung mulai bergeliat sejak September 2013. Aktivitas gunung tertinggi di Sumatera Utara ini sempat mereda tapi belakangan kembali mengkhawatirkan. Total kerugian sejak bencana terjadi mencapai Rp 1,49 triliun.
MOYANG KASIH DEWI MERDEKA