Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mendongkrak Daya Saing UMKM

image-gnews
Jimmy M Rifai Gani Executive Director & CEO IPMI International Business School
Jimmy M Rifai Gani Executive Director & CEO IPMI International Business School
Iklan

INFO BISNIS - Dua belas tahun lebih enam bulan lalu, penulis memulai suatu usaha yang kemudian diberi nama Proven Force Indonesia (PFI). Dari organisasi yang hanya memiliki penulis sendiri sebagai karyawan pada tahun 2003 itu, perusahaan ini telah berkembang menjadi perusahaan cukup andal dengan manajemen profesional yang mampu melayani ratusan perusahaan multinasional maupun lokal dalam bidang konsultan, pelatihan, maupun pengelolaan sumber daya manusia. Dalam perjalanannya, praktis PFI berkembang secara organik tanpa banyak bantuan pendanaan dari perbankan maupun institusi keuangan lain.

Di sisi lain bumi, Mark Zuckerberg mendirikan Facebook pada tahun 2004, berawal dari sebuah usaha kecil yang juga berbasis knowledge management. Bersama rekan-rekannya, dia berhasil meyakinkan para pemodal untuk menanamkan dana agar Facebook dapat berkembang menjadi perusahaan penyedia social media yang tangguh. Dengan suntikan dana besar, perusahaannya dapat membiayai pengembangan bisnis, termasuk pembelian teknologi dan peningkatan organisasi, agar mampu leap frog (lompat) dari perusahaan kecil menjadi perusahaan besar. Modal dasar terbesarnya memang bukan dimulai dengan uang, melainkan kemampuan Mark sebagai computer programmer, Internet entrepreneur, dan ahli strategi yang membuat Facebook dapat menghasilkan keuntungan US$ 2,9 miliar tahun lalu.

Dua kisah di atas merupakan gambaran mengenai dua perusahaan yang dimulai pada waktu yang tidak terlalu berjauhan dengan modal yang pas-pasan, tapi memberikan hasil yang sangat berbeda seiring dengan perjalanan waktu. Tentunya lingkungan (environment) turut memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan berkembangnya suatu perusahaan. Penulis sempat melihat sewaktu mengikuti suatu konferensi investasi di Harvard Business School pada tahun 2013, bagaimana lingkungan investasi yang maju dengan berbagai instrumen pendanaan kreatif mampu mendorong inovasi para pemilik ide sehingga dapat mewujudkan mimpinya dalam memulai usaha kecil hingga menjadikannya besar dalam waktu relatif singkat. Lingkungan inilah yang memungkinkan banyak perusahaan start-up berhasil di Amerika Serikat.

Lain halnya dengan sebagian besar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Modal usaha dalam bentuk uang menjadi masalah krusial yang kerap mengganjal pelaku UMKM dalam mengembangkan bisnisnya. Ketika UMKM hendak menghapus persoalan modal dengan mendatangi perbankan, muncul masalah lain, yakni agunan—yang merupakan syarat utama mendapatkan kredit.  

Sejatinya, jaminan (collateral) bukan satu-satunya sifat usaha yang layak mendapatkan kredit. UMKM, seperti juga bisnis lain, layak mendapat kredit asalkan memiliki karakter (character), kapasitas yang memadai (capacity), model (capital), dan kondisi ekonomi yang mendukung (condition of economy). Sayang, UMKM kebanyakan hanya punya dua (character dan conditions) dari lima syarat tersebut.

Maka tak heran jika UMKM lebih memilih meminjam dana kepada pihak lain (seperti anggota keluarga bahkan rentenir) ketimbang perbankan. Survei PT Mars Indonesia, yang mewawancarai 1.333 UMKM di enam kota (Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan), mengindikasikan hal tersebut. Hanya 30 persen yang menggunakan jasa perbankan, sisanya belum.

Alasan yang dikemukakan UMKM beragam. Sebanyak 26,7 persen responden menjawab bunga bank terlalu tinggi. Sedangkan 23,4 persen menilai proses kredit yang berbelit-belit. Sisanya mengatakan keharusan mempunyai agunan (17,8 persen), kerumitan persyaratan (10,9 persen), dan masih bisa mendanai sendiri (10,9 persen) merupakan penyebab UMKM enggan mengakses dana dari lembaga keuangan.

Kalaupun UMKM melirik perbankan, hasil survei mengungkapkan ada tiga pertimbangan utama dalam memilih sebuah bank, yakni suku bunga (71 persen), proses pencairan dana (38,8 persen), dan persyaratan mudah (29,6 persen).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika ditilik dari besaran kredit yang digunakan UMKM, survei PT Mars yang dilakukan pada 2014 itu menyebutkan bahwa sekitar 68 persen UMKM hanya meminjam Rp 10-50 juta.

Begitulah. Pelaku UMKM mesti berpikir dua kali jika hendak berurusan dengan perbankan. Logikanya sederhana, agak aneh jika meminjam duit Rp 50 juta tapi harus memberikan sertifikat rumah seharga lebih dari Rp 150 juta ke bank. Ada rasa cemas untuk mengagunkan rumahnya.

Suku bunga kredit juga terlalu tinggi. Untuk sektor mikro, bank-bank domestik mematok 11-20 persen. Kredit Usaha Rakyat, yang merupakan program pemerintah, bunganya 22 persen, jauh di atas suku bunga kredit bank negara-negara tetangga yang hanya 4-6 persen. UMKM bankable saat melihat suku bunga tinggi biasanya langsung balik badan.

Namun, bagi UMKM, suku bunga bukan satu-satunya masalah. Toh, mereka pernah meminjam ke “bank keliling” dengan bunga 40 persen dan mampu membayar cicilan tiap bulan. Yang juga menjadi hambatan sebenarnya proses kredit yang panjang dan berbelit-belit. Maklum, waktu mereka sangat berharga. Jika tak dagang sehari, keluarga bisa kelaparan.

Bank keliling alias rentenir bisa menjamur karena proses yang mudah, tak sampai 10 menit. Pendekatan kultural digunakan untuk menggaet nasabah. Demi mencegah kredit macet, rentenir menggunakan kearifan lokal untuk menagih pembayaran. Tak heran jika non-performing loan bank keliling hampir 0 persen.

Pemerintah harus bisa memangkas birokrasi perbankan supaya para UMKM selangkah lebih maju. Penurunan suku bunga KUR menjadi 12 persen per tahun mulai akhir Juni 2015 merupakan langkah awal yang mesti dibarengi dengan meringankan persyaratan kredit.

Setelah mendapat kredit, UMKM membutuhkan pendampingan. Model-model pendampingan seperti ini sangat banyak. Misalnya, melakukan kemitraan dengan peretail-peretail kakap di Tanah Air.  Dengan begitu, daya saing UMKM dapat meningkat demi menghadapi pasar bebas ASEAN yang akan diberlakukan akhir tahun ini. Untuk selengkapnya klik di http://www.ipmi.ac.id/index/en.  (*)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

7 November 2022

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

Agar ban tubeless Anda mampu bertahan lama, pasti harus diperlakukan dengan baik sehingga tidak cepat rusak.


Guru TIK Batam Makin Melek Digital

29 Agustus 2022

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam | Foto: KEMENKOMINFO
Guru TIK Batam Makin Melek Digital

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam


Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

27 Februari 2022

Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

Integrasi memudahkan aksesibilitas dan meningkatkan kenyamanan masyarakat menggunakan angkutan umum perkotaan di Palembang dan sekitarnya.


Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

27 Februari 2022

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

Gus Muhaimin mengaku spirit perjuangan Kiai Abbas akan terus dikenang sepanjang masa.


Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

27 Februari 2022

Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

Kuota tersebut dimanfaatkan untuk nelayan lokal, bukan tujuan komersial (penelitian, diklat, serta kesenangan dan rekreasi), dan industri


BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

19 Februari 2022

(Ki-ka) Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan bersama sekitar 300 diaspora Indonesia yang hadir secara virtual dalam Acara Silaturahmi Daring Diaspora Indonesia, Sabtu (19/2/2021).
BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

Kolaborasi diaspora dengan perbankan nasional merupakan upaya untuk terus menciptakan banyak peluang investasi di luar negeri.


Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

19 Februari 2022

Mesin ATM BNI
Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

Heboh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang mendapatkan kado ulang tahun mesin ATM dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).


Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

19 Februari 2022

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

Tes pramusim MotoGP yang telah digelar pada 11 Maret 2022 menjadi pelajaran penting menghadapi race MotoGP pada 18-20 Maret 2022 nanti.


Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

19 Februari 2022

Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia.


HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

19 Februari 2022

Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA
HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

Sikap yang memaksakan tetap berlakunya Permenaker 2/2022 itu bisa menciderai nilai kemanusiaan dan keadilan dalam Pancasila.