TEMPO.CO, Bandung - Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) menggeruduk kantor Pemerintah Kota Bandung di Jalan Wastukencana, Bandung, Kamis, 11 Juni 2015, sekitar pukul 13.00. Mereka meminta Pemkot Bandung memperpendek waktu operasional tempat hiburan malam untuk menyambut bulan puasa.
“Saya mengerti kalau Bandung kota pariwisata. Tapi, dalam rangka menyambut Ramadan, kami minta Pemkot tegas karena kami punya banyak bukti mengenai tempat hiburan malam yang dipenuhi wanita nakal dan minuman keras,” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Wilayah FPI Bandung Raya Nawawi saat ditemui Tempo di Balai Kota Bandung.
Bahkan, kata Nawawi, di tempat hiburan malam seperti rumah karaoke, kerap terjadi transaksi narkotik. Nawawi mengklaim tindakan kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung hingga kini belum menuai hasil maksimal. Tak hanya itu, mereka pun menyindir langkah kedua lembaga itu dalam menangani lokalisasi prostitusi Saritem, yang kerap menjadi tujuan pria hidung belang.
Menurut mereka, meski sudah dilakukan razia, Saritem hingga saat ini masih beroperasi. “Bandung itu sudah terkenal dengan prostitusi Saritem. Kami menyayangkan lokasi itu belum ditertibkan, padahal Pemkot Bandung terlihat berfokus membenahi perilaku masyarakat Bandung,” kata Nawawi.
Sebelumnya, polisi kembali merazia lokalisasi prostitusi Saritem. Lokalisasi tersebut ditutup pemerintah pada 2007. Pada 2012, polisi merazia lokasi tersebut. Dalam razia terakhir pada Maret lalu, pemerintah mendata 150 pekerja seks yang diserahkan ke Dinas Sosial.
Dari jumlah itu, sebanyak 42 dikirim ke Cirebon dan 20 lainnya ke Sukabumi untuk diberi pelatihan keterampilan. Sedangkan sisanya ditampung di rumah singgah untuk sementara waktu.
Nawawi mengatakan, selama bulan puasa, yakni 17 Juni-18 Juli 2015, FPI akan memantau 24 jam Kota Bandung. "Jika Pemkot dan kepolisan masih tidak bekerja, kami akan bekerja sendiri. Jangan salahkan kami kalau terjadi kericuhan, karena polisi baru datang kalau kami sudah berbuat ricuh."
PERSIANA GALIH