TEMPO.CO , Jakarta: Politikus Partai Demokrat Gede Pasek Suardika menolak bergabung dalam kepengurusan partai bentukan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, perbedaan prinsip antara dia dan SBY membuat Pasek lebih nyaman menjadi oposisi. "Pola kami sudah beda. Rasanya sekarang saya lebih seru jadi oposisi internal untuk menyeimbangi," kata Pasek saat dihubungi, Ahad, 7 Juni 2015.
SBY, kata Pasek, bersikap "winner takes all" dengan memasukkan semua orang-orang kepercayaannya dalam kepengurusan inti partai berlambang mirip Mercy itu. SBY, kata Pasek, sama sekali tidak mengajak lawan-lawan politiknya seperti bekas Ketua DPR Marzuki Alie yang loyal terhadap Demokrat.
Hal ini, menurut Pasek, berbeda dengan sikap Anas Urbaningrum saat terpilih menjadi Ketua Umum dalam kongres Demokrat di Bandung pada 2010. Anas mengajak orang-orang kepercayaan SBY seperti mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng dalam Dewan Pengurus Pusat.
"Rasanya SBY ingin membangun kepengurusan hegemoni dalam partai. Itu wajar karena dia menjadi pemenang. Tapi dampaknya memunculkan oposisi yang lebih keras seperti saya," kata Pasek, yang terkenal sebagai loyalis Anas itu.
Sebelumnya, Pasek berniat mencalonkan diri sebagai ketua umum Demokrat dalam kongres di Surabaya, 11 Mei 2015. Namun, akhirnya Pasek mengundurkan diri dari arena karena merasa persyaratan pencalonan yang sangat berpihak terhadap SBY.
Pekan lalu, SBY mengumumkan susunan pengurus harian terbatas Demokrat setelah terpilih sebagai ketua umum. Sedangkan pengurus DPP akan diumumkan setelah SBY pulang dari Amerika Serikat pertengahan Juni ini. "Nama-nama Ketua DPP sedang dirapikan oleh Ketua Umum," kata politikus Partai Demokrat Dede Yusuf.
INDRI MAULIDAR