Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sabda Raja HB X, Apa Tanggapan Warga Yogya

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Putri Sri Sultan Hamengkubuwono X (dari kiri); GKR Condro Kirono, GKR Pembayun, dan Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nur Astuti Wijareni, di Dalem Yudhaningratan Yogyakarta, 4 Oktober 2010. GKR Pembayun lahir di Bogor, 24 Februari 1972 adalah putri pertama Sultan dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Dok.TEMPO/ Arif Wibowo
Putri Sri Sultan Hamengkubuwono X (dari kiri); GKR Condro Kirono, GKR Pembayun, dan Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nur Astuti Wijareni, di Dalem Yudhaningratan Yogyakarta, 4 Oktober 2010. GKR Pembayun lahir di Bogor, 24 Februari 1972 adalah putri pertama Sultan dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Dok.TEMPO/ Arif Wibowo
Iklan

TEMPO.CO , Yogyakarta: Ketua Forum Persaudaran Umat Beriman, Kyai Abdul Muhaimin, menyayangkan isi Sabdaraja yang mengganti gelar Raja Kraton Yogyakarta. Dia menilai penggantian gelar itu membingungkan masyarakat Yogyakarta. "Bisa memunculkan polarisasi tidak terkendali," kata dia pada Selasa, 5 Mei 2015.

Menurut Muhaimin, gelar lama Sultan menggambarkan konsep kepemimpinan politik dan spritual yang menjadi warisan sejarah panjang Mataram Islam. Penggantiannya menimbulkan pertanyaan luas di masyarakat Yogyakarta. "Rakyat Yogyakarta bisa bergolak, sekarang sudah banyak yang bertanya-tanya soal maksud Sabdaraja itu," ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat ini berpendapat konsep kepemimpinan komprehensif terwakili di nama gelar Sultan Kraton Yogyakarta selama ini, yakni Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat. Di gelar ini ada kesatuan nilai budaya Jawa dan Islam.

"Kepemimpinan negara menyatu dengan kepemimpinan agama, makanya layak disebut khalifatullah," kata Muhaimin.

Namun, dengan penghapusan gelar "khalifatullah", menurut Muhaimin, konsep kepemimpinan yang lama menjadi tereduksi nilainya. Penggantian gelar ini sekaligus memutus rantai konsistensi sejarah Kraton Mataram Islam. "Nama agung dinas Mataram Islam menjadi tereduksi," ujar dia.

Muhaimin  menambahkan penghapusan gelar "Khalifah" juga menurunkan derajat kewibawaan kepemimpinan Raja Kraton Yogyakarta. Dia khawatir isi Sabdaraja justru mengkerdilkan kedudukan raja di mata masyarakat. "Ini berpengaruh ke identitas Kraton Yogyakarta," kata dia.

Dia juga menganggap kemunculan Sabdaraja tidak meredakan masalah polemik di isu suksesi Raja Kraton Yogyakarta. Muhaimin tidak sepakat dengan pemahaman perubahan gelar itu bisa memuluskan kemunculan Sultan perempuan. "Simbol-simbol pemimpin di Kraton Yogyakarta merujuk ke figur laki-laki semua," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan Guru Besar Antropologi Universitas Gadjah Mada, Heddy Shri Ahimsa Putra, menganggap kemunculan Sabdaraja menjadi penanda penting bahwa Kraton Yogyakarta telah berubah. Penghapusan gelar Khalifah itu melenyapkan separuh dari derajat keistimewaan Yogyakarta. Masyarakat harus siap melihat kraton sudah berubah.

Heddy menilai Sabdaraja memang tampak berkaitan dengan isu suksesi di Kraton Yogyakarta, yang selama ini, diriuhkan dengan perdebatan keabsahan Sultan perempuan. Tapi, menurut Heddy, masalah ini hanya kelanjutan dari pertentangan antara nilai sistem politik modern dengan tradisional yang mengiringi Kraton Yogyakarta sejak era kemederkaan Indonesia modern. "Di sistem politik modern, gubernur bisa laki-laki dan perempuan, kalau tradisional, Sultan harus laki-laki," kata dia.

Adapun Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY, Kyai Asyhari Abta, menganggap penggantian gelar di isi Sabdaraja merupakan hak prerogratif Sultan Hamengku Buwono X. Meskipun demikian, menurut Asyhari, penghapusan gelar "khalifah" tidak sejalan dengan konsep pemerintahan Kerajaan Mataram Islam. "Identitas kerajaan Islam di Kraton Yogyakarta semakin luntur," kata Asyhari.

Menurut Asyhari, konsep kepemimpinan Kasultanan Islam memang menyatukan kepemimpinan politik dengan agama. Apabila kondisi berubah dari idealnya, menurut Asyhari, peran raja harus menyesuaikan dengan gelarnya dan bukan sebaliknya.

"Namun, itu hak Sultan, kita tidak berhak ikut mengurusi. Meski kurang enak mendengarnya," kata Asyhari.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

4 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.


Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

11 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

38 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

43 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

45 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

59 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Safari Politik Hadi Tjahjanto Usai Jadi Menko Polhukam: Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X

26 Februari 2024

Menko Polhukam yang baru dilantik, Hadi Tjahjanto berjabat tangan dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. TEMPO/Subekti.
Safari Politik Hadi Tjahjanto Usai Jadi Menko Polhukam: Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X

Usai dilantik menjadi Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto langsung melakukan sejumlah safari politik. Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X.


Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

14 Februari 2024

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

Susana berbeda terlihat di kawasan wisata Kota Yogyakarta saat Pemilu. Kawasan yang biasanya ramai oleh wisatawan tampak lengang.


Istana Bilang Jokowi Selalu Terbuka untuk Bertemu Megawati

13 Februari 2024

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (kedua kanan) bersama istri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas di Keraton Yogyakarta, Senin, 2 Mei 2022. ANTARA FOTO/HO/Biro Pers Setpres/Lukas
Istana Bilang Jokowi Selalu Terbuka untuk Bertemu Megawati

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan Jokowi terbuka bertemu Megawati untuk kebaikan dan kemajuan bangsa.


Diwarnai Berbagai Aksi Jelang Pemilu, Sultan HB X Dorong Warga Jaga Yogyakarta Tetap Adem

12 Februari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Diwarnai Berbagai Aksi Jelang Pemilu, Sultan HB X Dorong Warga Jaga Yogyakarta Tetap Adem

Gerakan menjaga Yogyakarta damai dalam Pemilu 2024 telah dirintis Sultan Hamengku Buwono X sejak Oktober lalu.