TEMPO.CO, Jakarta - Ada cerita menarik di balik pembuatan suvenir Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika 2015. Suvenir buat para kepala negara Asia-Afrika itu berbentuk tempat pensil setinggi 9 sentimeter dengan lebar 7 sentimeter. Bagian depan suvenir dihiasi empat pilar Gedung Merdeka.
Pertengahan Februari lalu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta Fauzy Prasetya, pemilik Kandura Keramik di Cigadung, Bandung, menyiapkan 500 unit suvenir ini dalam waktu dua bulan. Fauzy pun hanya punya waktu dua pekan untuk memikirkan konsepnya.
Tempat pensil akhirnya dipilih karena, kata Fauzy, "Mudah terlihat oleh siapa pun yang duduk di balik meja kerja." Harapannya, para kepala negara ingat Bandung setiap melihat barang ini.
Bahan dasar tempat pensil itu adalah tanah liat yang didapat dari limbah keramik. Harga satu unit tempat pensil bisa mencapai Rp 300 ribu bila dijual sesuai harga pasar. "Tapi kami tidak mengambil laba sepeser pun," ujar Fauzy.
Dalam proposal yang disodorkan kepada Emil, panggilan Ridwan Kamil, Kandura hanya meminta penggantian ongkos produksi. "Yang penting kami bisa dipercaya dalam perhelatan akbar ini," tutur Fauzy.
Emil membenarkan pernyataan Fauzy. Kandura, kata dia, hanya meminta penggantian ongkos produksi yang diberikan langsung oleh seorang penyumbang. "Biaya produksi cendera mata ini dari hamba Allah," ujar Emil.
Ketika diberikan kepada para kepala negara, tempat pensil ini akan dimasukkan ke paket suvenir berupa kotak kayu seukuran majalah bersama cendera mata lain. Di antaranya cincin batu akik, batik, buku kecil untuk mempromosikan Bandung, dan surat Emil buat kepala negara.
TIM TEMPO