TEMPO.CO, Jakarta - Survei Setara Institute yang dirilis belum lama ini memperlihatkan bahwa anak muda dan mahasiswa termasuk golongan yang rentan akan pengaruh ISIS. Berikut ini hasil survei terhadap siswa/siswi dari 171 SMA di Bandung, Jawa Barat, dan Jakarta mengenai ISIS. Dua kota tersebut dianggap Setara Institute mewakili keberagaman dan tingkat toleransi di Indonesia.
Setara Institute mengadakan survei tentang persepsi siswa sekolah menengah atas tentang toleransi beragama dan paham radikalisme. Hasil survei menunjukkan 1 dari 14 siswa ternyata setuju dengan gerakan Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS.
Dari 684 responden yang mengikuti survei, sebanyak 7,2 persen mengatakan tahu dan setuju dengan paham ISIS. Hasil ini tidak mengagetkan. Sebab, dalam survei yang sama, 16,9 persen siswa mengenal ISIS sebagai lembaga yang sedang memperjuangkan pendirian negara Islam di dunia. "Angka persetujuan ini merupakan peringatan serius bagi Indonesia," kata Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos di kantornya, Senin, 30 Maret 2015.
Bonar mengatakan pengaruh ekstrem ini muncul akibat derasnya arus informasi yang tidak disaring. Sebab, 67 persen responden menggunakan Internet sebagai media utama. Sedangkan 29,1 persen mendapatkan informasi dari televisi.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berjanji akan melindungi dan mencegah para pelajar muda dari pengaruh ISIS. Caranya, kata dia, melakukan mekanisme kontrol antara siswa, guru, dan orang tua di sekolah. Soal ini masih terus dibahas kementeriannya. "Guru dan wali kelas sebagai ujung tombak di sekolah, selain orang tua di rumah,” kata Anies.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengaku kesulitan memblokir jejaring media sosial yang berisi ajakan melakukan tindakan radikal dan terorisme. "Kalau medsos, kan, dunia terbuka. Kami pun susah mencegah dari awal. Biasanya berdasarkan pengaduan,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
TIM TEMPO | ANTON