Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Penggalangan Dana untuk Penyu di Earth Hour Yogya

image-gnews
sxc.hu
sxc.hu
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -  Sebanyak 40 korporasi dan tiga pemerintah kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terlibat dalam aksi serentak memadamkan listrik menyambut earth hour di Yogyakarta, Sabtu 28 Maret 2015.

Selama 60 menit, mulai pukul 20.30 hingga 21.30 WIB, aksi mematikan listrik dan lampu itu tampak menghiasi jalan-jalan protokol seperti Jalan Jenderal Soedirman, Monumen Tugu, hingga Jalan Mangkubumi. Puluhan personil kepolisian Kota Besar Yogyakarta ikut berjaga di simpang monumen tugu yang gelap.

Pantauan Tempo, aksi menyelamatkan bumi dengan cara penghematan energi itu di kota gudeg, masih cukup timpang suasananya antara satu kawasan dengan kawasan lainnya.

Misalnya peserta korporasi atau swasta di Jalan Jenderal Soedirman tak sebanyak di jalan Mangkubumi. Suasana earth hour di Jalan Mangkubumi pun terasa lebih kental ketika hotel-hotel berbintang seperti Grand Zuri, Harper, dan 101 memadamkan seluruh lampunya dan mengganti dengan lilin.

Sedangkan di Jalan Soedirman suasana earth hour kurang terasa karena sedikitnya peserta yang turut, yakni hanya Hotel Novotel dan Kantor BCA Yogyakarta Pusat.

"Kami masih susah menembus untuk kawasan yang terlalu padat pertokoan seperti di Jalan Soedirman," ujar Koordinator Public Relation Earth Hour Jogja Angelina Indra kepada Tempo di sela acara yang dipusatkan di Lapangan Realino Universitas Sanata Dharma.

Aksi earth hour di Lapangan Realino diisi kegiatan berbagai komunitas. Mulai dari musik akustik, orasi, hingga talk show tentang kondisi lingkungan terkini di wilayah Yogya.

Salah satu tema yang diusung yakni isu konservasi penyu di pesisir pantai selatan, tepatnya Pantai Samas, Kabupaten Bantul.

Aktivis konservasi penyu pesisir, Reispirasi, Deny Widyanto menuturkan, tiap tahunnya semakin sedikit penyu yang terlacak mau menggunakan pesisir selatan untuk mendarat dan bertelur."Sudah terlalu banyak sampah dari wisatawan," ujar Deny.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2014 lalu, komunitas Reispirasi mencatat, setidaknya hanya dua ekor penyu saja yang mendarat di pesisir selatan dan dimasukkan area konservasi.

Jenis penyu yang terdeteksi mendarat dan bertelur di area konservasi Pantai Samas itu penyu Lekang (Lepidochelys olivacea).

Deny menduga makin sedikitnya penyu yang memilih mendarat dan bertelur di area pesisir selatan karena memandang kawasan itu tak memadai lagi untuk berkembang biak. Selain makin ramai wisatawan dan menyumbang bising serta sampah, juga munculnya alih lahan seperti yang terjadi belakangan ini berupa tambak udang.

Lebih parah lagi, banyaknya wisatawan yang kerap bermain balon dan menjatuhkan di laut dekat pesisir. Hal ini diduga kuat menjadi penyebab matinya sejumlah penyu belum lama ini.

"Kami menduga penyu-penyu ini mati karena memakan balon yang dikira ubur-ubur itu, makanya kami himbau wisatawan tak lagi bermain balon dan menjatuhkan ke laut," kata Deny.

Dalam aksi earth hour ini, sebanyak 30 pelari dari komunitas Jogja-Playon melakukan lari keliling kota dengan jarak 7 kilometer sembari menggalang dana untuk disumbangkan bagi kelanjutan konservasi penyu di Pantai Samas.

Para pelari itu berangkat saat pemadaman serentak dimulai dan kembali sekitar lima menit sebelum pemadaman serentak diakhiri pukul 21.30 WIB.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

9 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

12 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

49 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

53 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

57 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.