TEMPO.CO, Pontianak - Identitas pria yang terlihat dalam rekaman kamera pengawas CCTV di kantor Pengadilan Tinggi Pontianak, akhirnya terungkap. Lelaki yang terlihat bersama Tari Ariezona itu tak lain adalah suami pengelola kantin di kantor tersebut.
"Itu suami saya. Memang suami saya jarang ke sini. Itupun tidak berbincang, tetapi masing-masing duduk di ujung kursi," kata Ade, pengelola kantin Pengadilan Tinggi, yang enggan menyebutkan nama lengkap kepada Tempo, Selasa, 17 Maret 2015.
Ade mengatakan, Tari duduk di kursi itu karena akan memakai sepatu. Saat itu Tari baru saja menunaikan salatZzuhur. Ada dua hakim yang duduk di kantin, sedang berbincang-bincang. Ade menduga, Tari menjadi agak sungkan untuk memasang sepatu di dalam kantin.
Ade, yang baru tiga bulan mengisi kantin itu menyebutkan tidak ada hal-hal yang ganjil menjelang kematian Tari, yang juga pegawai di Pengadilan Tinggi. Komunikasi terakhit Tari dan dirinya, saat Tari meminta informasi tempat reparasi tas.
Usai jam kerja, Tari memang biasa menghabiskan waktu di Masjid Al-Hikmah, lingkungan kantor Pengadilan Tinggi Pontianak. Pasalnya, Tari langsung pergi kuliah di kelas malam, Fakultas Hukum Universtitas Tanjungpura Pontianak. Jaraknya tak sampai 500 meter dari tempat tari kerja.
Sementara itu, rekan satu ruangan Tari memperkuat keterangan ibu kantin. "Polisi sudah memeriksa keterangan ini. Pria yang terlihat memang suami ibu kantin," ujar Sab'al Anwar, panitera pengganti di Pengadilan Tinggi Pontianak.
Tari ditemukan tewas mengenaskan nyaris tanpa busana di kediamannya, Jalan Tani Makmur, Kota Baru, Pontianak Selatan, Rabu, 11 Maret 2015, pukul 07.24. Penyelidik menemukan Tari telungkup di ruang tamu dengan tengkorak remuk berlumuran darah dan mulut dililit lakban.
Tim penyelidik menemukan sejumlah barang berharga milik Tari hilang, termasuk dua telepon seluler dan satu unit sepeda motor Yamaha Mio. Namun, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Kota Pontianak Komisaris Andi Yul enggan memastikan motif pembunuhan janda berusia 25 tahun ini adalah perampokan.
Hasil otopsi terhadap Tari yang diperoleh Tempo menunjukkan, polisi menemukan sedikitnya ada lima luka akibat senjata tajam, beberapa pukulan benda tumpul, cekikan di lehar dan memar-memar di tubuh. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan seksual di jasad korban. Polisi memperkirakan waktu kematian Tari pada Selasa antara pukul 11.00 WIB hingga Rabu pukul 02.00 WIB.
Beberapa jam sebelum ditemukan tewas, Tari sempat terekam CCTV milik kantornya tengah berbincang dengan seorang pria di bawah pohon. Semasa hidup, kata Komisaris Andi Yul, Tari kerap diantar-jemput oleh seorang pria. “Nanti akan kami ungkap identitasnya jika ada titik terang," kata Andi Yul.
ASEANTY PAHLEVI | BC