Menteri Hanif menyebut Doni, Sudarmadi dan 91 alumni magang yang baru pulang ini aset bangsa. "Mereka adalah kantong kantong usia produktif yg memerlukan keterampilan dan kompetensi dan perlu didorong. Mereka aset bangsa," katanya. Ia pun tidak mengira ada anak pesantren yang mengikuti program magang yang sudah berlangsung sejak 1993 itu.
"Mereka dari dunia pesantren dengan nilai kemodernan. Mereka tidak kalah," katanya. Menurut Hanif, dari segi karakter para pemuda ini sangat kuat. Hanif menilai positif kegiatan ini karena dapat melakukan alih pengetahuan, keterampilan dan teknologi. Hanif berharap alumni magang ini bisa seperti kakak kelas mereka yang sudah sukses di bidangnya masing-masing.
Ada yang sudah menjadi general manager di sebuah perusahaan asing di usia 35 tahun. Ada pula yang berwirausaha hingga memiliki 300-500 karyawan.
Ketua Ikatan Pengusaha Mantan Kenshushei (Ikapeksi), Edi Waryono, 43 tahun, mengatakan memang banyak koleganya yang melakukan wiraswasta sepulang dari kegiatan magang di Jepang itu. Pria yang mengikuti kegiatan magang pada tahun 1999-2002 ini juga sudah lima tahun terakhir berwiraswasta.
Pria yang ahli desain grafis ini melakukan industri packaging yang hasilnya telah diekspor ke beberapa negara seperti Korea dan Nigeria. Sebelumnya, Edi bekerja di perusahaan Jepang. Pria asal Sulawesi Selatan ini menilai positif kegiatan magang di negeri asing itu.
Menurutnya kegiatan tahunan itu bisa memberikan berbagai pengalaman kepada para pemuda Indonesia. Untuk alumni yang baru pulang ke tanah air, ia menyarankan untuk mendaftar di Ikapeksi. "Di sini kami akan menularkan ilmu kepada adik adik baru kami," katanya.
Program pemagangan kerjasama antara Kementerian Tenaga Kerja dengan IM Japan ini sudah dimulai sejak 1993. Hingga Januari 2015, jumlah peserta yang telah diberangkatkan sebanyak 35.426 orang. Dari jumlah itu terdapat 29.971 orang yang kembali ke Tanah Air dan mengembangkan berbagai usaha di berbagai sektor. Sebanyak 5.455 di antaranya masih melaksanakan program magang.
MITRA TARIGAN