TEMPO.CO, Jakarta - Tim Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menyelesaikan laporan faktual kasus Air Asia QZ8501 berdasarkan data awal yang telah didapat.
Dalam temuannya, tim investigasi memastikan pesawat dalam keadaan baik saat lepas landas dari Bandara Juanda menuju Singapura. "Pesawat dalam kondisi layak terbang sebelum kejadian. Dan dioperasikan dalam batas berat dan keimbangan," jelas Ketua Tim Investigasi Mardjono Siswosuwarno di kantor KNKT, Kamis, 29 Januari 2015. (Baca: Asing Sempat Ragu KNKT Bisa Periksa Black Box Air Asia)
Tak hanya itu, Mardjono menjelaskan, seluruh awak pesawat dalam keadaan baik. "Semua awak pesawat mempunyai lisensi yang berlaku dan demikian juga sertifikat kesehatan yang berlaku," kata dia.
Data faktual pesawat yang jatuh di Selat Karimata tersebut di antaranya didapat dari kotak hitam yang terdiri dari flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR). FDR QZ8501 mencatat 1.200 parameter dari 174 jam terbang yang dijalaninya. "Ini tidak semua yang kita analisa, beberapa saja, ada 34 parameter yang terkait langsung dengan penerbangan terakhir," kata Mardjono. (Baca: DVI Air Asia Teliti 2 Mayat Temuan Nelayan Majene)
Sementara, dalam CVR terekam suara dalam kokpit dengan durasi 2 jam 4 menit sebelum kecelakaan terjadi. "Rekamannya bagus. Berisikan rekaman antara pilot, kopilot, dan ATC," ujar Mardjono.
Pesawat Air Asia yang berangkat dari Bandara Internasional Juanda pada Ahad, 28 Desember 2014, pukul 05.20 WIB, itu seharusnya tiba di Bandara Internasional Changi, Singapura, pukul 08.30 WIB. Namun hilang kontak pada pukul 06.17 WIB.
Tim SAR di bawah koordinasi Badan SAR Nasional (Basarnas) berhasil menemukan kotak hitam berselang beberapa hari setelah kecelakaan. Pertama, pada tanggal 12 Januari 2015 tim SAR menemukan FDR. Kedua, pada 13 Januari 2015 tim SAR menemukan CVR.
PINGIT ARIA
Baca juga:
Kenapa Surya Paloh Ngotot Budi Gunawan Dilantik?
Jokowi Bisa Game Over? Begini Reaksi Kader PDIP
Jika Lantik BG, Denny Indrayana: Jokowi Blunder
Terdampar di Chechnya, Wanita Ini Ditolak Jadi WNI
100 Hari Jokowi, Ada Investasi Rp 924,3 Triliun