Masyarakat tak jelas itu di antaranya bekas relawan Jokowi, aktivis dan warga lainnya, memanggil Presiden Jokowi bersama pasukan pengamanan presiden yang melewati tempat orasi sekitar pukul 07.30 WIB. Peneliti Indonesia Corruption Watch, Lola Easter, mengatakan warga memanggil Jokowi mampir ke panggung aspirasi Save KPK untuk Polri bersih itu. "Warga memanggil presiden. Namun, Pak Jokowi hanya menoleh dan tidak berhenti," kata dia. (Baca: KPK vs Polri, Menteri Tedjo: Jangan Bakar Massa)
Permintaan warga ke Presiden Jokowi untuk mampir itu, ditanggapi oleh gowesan kaki ke sepedanya. Jarak antara panggung dan kerumuman 'orang enggak jelas' itu pun semakin jauh dan berjarak. Beberapa warga kecewa dengan sikap Presiden Jokowi. Namun, panggung pernyataan pendapat tetap panas dan kumpulan warga semakin banyak. (Baca: Bambang Widjojanto Ditangkap, Denny: Ini Berbahaya)
Mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana, ikut mengutarakan pendapatnya. Dia mengatakan Jokowi harus melaksanakan revolusi mental yang menjadi jargon kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden. Jokowi harus segera turun tangan menyelesaikan perseteruan ini. "Jangan memindahkan Istana Negara ke Jalan Teuku Umar," kata Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada itu. (Baca: Bambang Widjojanto Ditangkap karena Jokowi)
Berkemeja putih, Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja, turut hadir dan mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang mendukung komisi anti rasuah itu untuk tetap berdiri dan membersihkan korupsi dari badai yang sedang menerpa di KPK. Sambil memegang mikrofon, Adnan meminta masyarakat harus bergandengan tangan untuk melawan koruptor. (Baca juga: 'Jokowi, Jangan Pindahkan Istana ke Rumah Mega')