Penyelam di kedalaman 30 meter harus berhenti dua kali di kedalaman dan waktu tertentu agar tidak terjadi dekompresi. Di kedalaman ini, tekanan bawah air mencapai 4 atmosfer absolut.
"Kalau penyelam membangkang dan melebihi batas itu, nitrogen dalam tubuh harus dinormalkan dengan alat hyperbaric chamber," kata Ferdy. Alat hyperbaric chamber berupa tabung berisi oksigen murni yang berguna untuk menormalkan aliran darah pada tubuh penyelam.
Ferdy menjelaskan proses evakuasi korban dan puing pesawat juga tak bisa dilakukan sembarangan. "Kami tetap memanusiakan korban, kalau bisa dipeluk badannya supaya seluruh badan utuh," kata dia.
Namun, tim penyelam punya cara berbeda saat mengevakuasi jasad korban yang terperangkap di badan pesawat. Pertama, tim akan menurunkan tali jalan ke moncong badan pesawat. Lalu, dua penyelam turun, satu langsung ke badan pesawat, dan satu lagi berada di tengah.
Penyelam yang turun ke badan pesawat akan memasang tali jiwa di lorong badan pesawat sebagai pegangan. Dia lalu mengikat korban dengan tali, lalu dioper dengan tali jalan ke permukaan laut. "Fungsi tali yaitu petunjuk jalan dan pegangan supaya jasad tak hilang terbawa arus," kata Ferdy.
Dislambair akan menunggu perintah Kementerian Perhubungan untuk mengangkat tubuh pesawat. Alat pengangkatan berupa floating bag. (Yang unik: 3 Prajurit Kece dan Misi Berburu Air Asia)
PUTRI AIDTYOWATI
Terpopuler:
Jokowi Diingatkan Tolak Budi Gunawan untuk Kapolri
Pemandu di Bus Wisata Curhat 'Kejamnya' Ahok
Ulama Malaysia Haramkan Yoga dan Kopi Luwak
Misteri Slot Air Asia, Aroma Kongkalikong Menguat
Kenapa Anak-anak Selamat dalam Kecelakaan Pesawat?