TEMPO.CO , Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut membutuhkan lebih banyak kapal untuk berpatroli se-Indonesia. Namun ini tidak berarti pemerintah harus membeli alat utama sistem persenjataan baru. "Idealnya sekitar 300-400 kapal," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Manahan Simorangkir saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Desember 2014. (Baca: Menteri Susi Geram, Ada Nelayan Diusir Kapal Asing)
Manahan menjelaskan, TNI AL memiliki konsep deployment atau pengiriman alutsista, termasuk kapal. Skema yang berlaku adalah 30:30:30, atau masing-masing sepertiga untuk operasional, stand by atau berjaga-jaga, dan menjalankan pemeliharaan. (Baca: Susi Kesal Jutaan Ton Ikan Dirampok Tiap Tahun)
"Dengan jumlah kapal sekitar 157-160, yang ada di lapangan sekitar 60-70 kapal," ucap Manahan. Sebanyak 50 kapal menjadi stand by force dan selebihnya masuk proses pemeliharaan. Selain kapal-kapal itu, TNI masih memiliki kapal lain di Pangkalan Angkatan Laut. Namun kapal yang tersedia di lanal hanya bisa beroperasi dalam jarak pendek, yaitu di wilayah laut yang aman dari ombak. (Baca: Ikuti Perintah Menteri Susi, NTT Usir Kapal Liar )
Padahal, wilayah perairan Indonesia sangat luas. Manahan menggambarkan luasnya wilayah Indonesia seperti Eropa atau sepanjang East Coasr hingga West Coast Amerika. Ada sejumlah konsep yang bisa digunakan untuk menentukan banyaknya kapal yang dibutuhkan."Apakah dengan membandingkan luas wilayah, atau ancaman yang ada," kata Manahan.
Tidak mudah bagi TNI AL menjaga wilayah perairan Indonesia. Manahan menuturkan, daya deteksi, kemampuan teknologi informasi serta informasi intelijen harus ditingkatkan.
MARIA YUNIAR
Berita lain:
Dihujat FPI Soal Natal, Jokowi Dibela Ketua NU
Pilot Dimaki Dhani, Garuda: Baru Pertama Terjadi
Soal Natal, FPI Anggap Presiden Jokowi Murtad