TEMPO.CO, Jakarta - Penerapan Kurikulum 2013 ternyata membuat peserta didik stress karena banyaknya pelajaran dan tugas sekolah yang harus diselesaikan. Beberapa di antaranya adalah siswa di Sekolah Menengah Atas 6 Jakarta Selatan.
Fariez Radya, 16 tahun, siswa kelas 11 Ilmu Pengetahuan Alam SMA 6 Jakarta Selatan, mengatakan Kurikulum 2013 memberatkan siswa. "Saya yang diminta aktif di kelas untuk menjelaskan kepada teman-teman," kata dia di sekolahnya, Jalan Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 8 Desember 2014.
Teman sekelasnya, Adrian T (16), juga mengatakan hal yang sama. Karena, banyak tugas yang diberikan, jam belajar yang dibutuhkan juga lebih banyak. "Stress juga," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan-Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menghentikan Kurikulum 2013 pada 5 Desember 2014. Alasannya, kurikulum 2013 dinilai belum kuat. "Sisi konsep belum dievaluasi tapi sudah dilaksanakan di 208 ribu sekolah. Jadi masalahnya bukan perubahan kurikulum boleh atau tidak," kata Anies (baca juga: Kurikulum 2013 Stop, Kepala Sekolah Konsolidasi).
Almaida Arfia Azhari Puteri, (16) siswa kelas 11 IPA ini sangat bersyukur Kurikulum 2013 diberhentikan oleh Menteri Anies. "Kurikulum itu bikin aku terbebani, kayak robot dan waktu main kurang. Dan minimial aku dikasih tugas 3 pelajaran setiap hari," kata dia yang bercita-cita jadi ilmuwan itu (baca juga: Anies Stop Kurikulum 2013, Nuh Curhat di Twitter).
Teman sekelasnya, Ade Mawardah (16), juga senang kurikulum diberhentikan. Karena, dalam Kurikulum 2013, diterapkan siswa yang menjelaskan pelajaran ke siswa lainnya dan banyak tugas yang dikerjakan secara kelompok.
"Kalau enggak mengerti aku juga tanya ke guru. Masa aku yang ngejelasin banyak ke teman-teman? Selain itu, penerapan kerja kelompok juga enggak tepat, bikin beban. Siswa rajin dibebani oleh siswa malas, yang hanya numpang kerja kelompok," kata siswi.
HUSSEIN ABRI YUSUF
Berita lain:
Jokowi Tolak Sahkan Golkar Kubu Ical dan Agung
Golkar Hengkang dari Koalisi Prabowo
Faisal Basri Segera 'Telanjangi' Petral