TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan interpelasi kepada Presiden Joko Widodo atas kebijakannya menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi ditanggapi dengan tenang. Menteri Kabinet Kerja berkukuh kebijakan tersebut tepat guna menyetop pemborosan anggaran dan mengungkit pembangunan. (Baca: Interpelasi Jokowi, Ibas Pakai Alasan SBY)
Keyakinan inilah yang akan dijelaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil kepada parlemen. "Subsidi produktif menyelamatkan kesejahteraan rakyat," ujarnya, pekan lalu. Dengan merealokasi anggaran subsidi, tutur dia, pemerintah bisa mempercepat pembangunan. “Pemerintah siap menanggapi interpelasi. Hak DPR bertanya, kewajiban pemerintah menjawab," Sofyan mengungkapkan. (Baca: Jokowi Dianggap Enggak Ngerti Aturan dan Imbas BBM Naik)
Direktur Pengkajian Energi Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, mengatakan Indonesia termasuk negara ASEAN yang menerapkan subsidi tinggi terhadap BBM. Namun hal ini tak tepat diterapkan karena produksi minyak Indonesia tak lebih tinggi daripada konsumsi penduduk. Berbeda dengan Malaysia dan Brunei Darussalam. “Kalau dua negara itu, potensi minyaknya lebih tinggi dibanding jumlah dan konsumsi penduduknya,” kata Iwa. (Baca juga: Ekonom Ini Sarankan Jokowi Cabut Total Subsidi BBM)
Data juga menunjukkan, Indonesia banyak menghamburkan subsidi BBM dalam 14 tahun terakhir. Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, misalnya, menghabiskan sekitar Rp 1.300 triliun atau tepatnya Rp 1.297,8 triliun sepanjang 2004-2014 atau rata-rata Rp 129,7 triliun setiap tahun. Presiden sebelumnya, Megawati Soekarnoputri, membakar subsidi BBM hingga Rp 198,6 triliun selama tiga tahun memerintah atau Rp 66,2 triliun setiap tahun. (Baca: Apa Jadinya Jika DPR Tolak BBM Naik?)
Politikus Partai Demokrat, Max Sopacua, mengatakan besarnya subsidi pada era Yudhoyono sudah sesuai dengan perhitungan ekonomi. Ia mengatakan kenaikan harga BBM pada saat itu tak bisa dibandingkan dengan kenaikan harga BBM saat ini. “Itu sangat tak relevan. SBY menaikkan harga BBM di saat harga minyak mentah dunia tengah naik,” katanya kemarin. (Baca: Interpelasi Soal BBM Diupayakan Sebelum Reses)
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, mengatakan Jokowi harus bisa menjawab mengapa harga BBM bersubsidi dinaikkan saat harga minyak mentah dunia sedang turun. Kalau Presiden menggunakan alasan bahwa harga minyak mentah Indonesia mengacu pada Mid Oil Platts Singapore (MOPS), sehingga harga minyak mentah dunia tak berdampak banyak, jawaban itu pasti akan dikejar.
Enny juga menyatakan Jokowi harus bisa membuktikan kepada Dewan bahwa kenaikan harga BBM memang bertujuan mengalihkan subsidi ke program yang tepat sasaran. "Sehingga harus dijelaskan ihwal program jangka pendek, menengah, dan panjang pemerintah," ucapnya kemarin. (Baca pula: Pimpinan DPR Ini Tak Mau Teken Interpelasi Jokowi)
ANDI RUSLI | KHAIRUL ANAM | DEWI SUCI R. | PAMELA SARNIA | TRI ARTINING P.| TIKA PRIMANDARI | TRI SUSANTO S. | EFRI R
Berita Terpopuler
Kata Susi, Ini Kebodohan Indonesia di Sektor Laut
Menteri Susi Janji Tambah Gaji PNS Kelautan
Empat Sektor Ini Rawan Penyelewengan Pajak
AKR Bangun Kota Mandiri di Manado