Diponegoro menghabiskan masa bocahnya hingga remaja di ndalem Tegalrejo, Yogyakarta atau tempat tinggal Ratu Ageng, isteri Sultan Hamengku Buwono I, yang merupakan buyut Diponegoro. Tempat ini sekarang menjadi monumen Pangeran Diponegoro. Peter Carey menyebut cara Ratu Ageng mengasuh Diponegoro sebagai cara mendidik yang luhur di kebudayaan Jawa.
Diponegoro kecil yang memiliki nama Raden Antawirya diasuh Ratu Ageng, sosok yang agamis dan menggemari kesenian. Ratu Ageng juga dikenal sebagai pengusaha dermawan yang dekat dengan rakyat kecil.
Peter Carey tak hanya memuji Diponegoro. Ia pun menjelaskan Diponegoro bukan orang sempurna. Peter merujuk pada Babad Diponegoro, catatan harian yang dibuat Diponegoro saat berada di pengasingan di Menado, Makasar. Di tempat itu, Diponegoro sulit bertetangga. Ia datang ke Manado hanya dengan 32 pengikut. "Diponegoro punya kelemahan dan tidak hipokrit," kata Peter.
Peter B.R. Carey merupakan sejarawan yang seumur hidupnya menghabiskan waktunya untuk meneliti kekuasaan Jawa. Dia meneliti tokoh besar dalam sejarah Jawa yaitu Pangeran Diporegoro. Ia penulis buku berjudul Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855.