Buku itu mengisahkan penghancuran tatanan lama Jawa (1808-1830) oleh pemerintah kolonial gubermen Hindia Belanda. Lalu terjadi Perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin Pangeran Diponegoro.
Perang berakhir dengan kekalahan dan pengasingan Diponegoro. Pasca-perang itulah lahir zaman baru di nusantara, yakni zaman kolonial, yang berlangsung hingga pendudukan militer Jepang (1942-1945). Buku ini juga menarasikan biografi utuh tentang kehidupan Pangeran Diponegoro yang menggunakan sumber Belanda dan Jawa.
Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Setyo Wibowo menyatakan ratu adil merupakan harapan terhadap penguasa yang bekerja demi kebaikan bersama. Ratu adil bisa datang dari mana pun dan dari siapa pun. Ini semacam kelahiran kembali pemimpin bukan karena uang atau kehormatan. "Idealisme ratu adil dekat dengan rakyat," kata dia.
SHINTA MAHARANI
Baca berita lainnya:
Jusuf Kalla: Ah, FPI Selalu Begitu, Simbol Saja
Jusuf Kalla: Kenaikan Harga BBM Akan Ditunda
Kuasa Hukum: Mana Buktinya FPI Rasis...
Aset Udar Pristono Tersebar di Jakarta dan Bogor