TEMPO.CO, Mojokerto - Musim hujan yang belum juga datang menyebabkan wilayah yang mengalami krisis air bersih bertambah di wilayah Jawa Timur. Di Kabupaten Mojokerto, sebanyak sepuluh desa dilaporkan berstatus siaga darurat bencana kekeringan. (Baca berita sebelumnya: Bojonegoro Tetapkan Status Darurat Kekeringan)
"Sepuluh desa itu kekurangan air bersih untuk kebutuhan dasar yang berpotensi terjadi kekeringan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto Tanto Suhariyadi, Rabu 29 Oktober 2014.
Sepuluh desa tersebut antara lain delapan di Kecamatan Dawarblandong dan dua di Kecamatan Ngoro. "Kondisi di desa-desa tersebut kekurangan air bersih untuk kebutuhan dasar yakni untuk kebutuhan masak dan minum, bukan untuk mandi dan cuci atau lainnya," katanya. (Baca: Ratusan Desa Kekeringan di Jawa Timur)
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di desa-desa itu, BPBD bekerja sama dengan sejumlah instansi untuk menyuplai air bersih. BPBD Kabupaten Mojokerto telah menggunakan dana Rp 139 juta untuk pengadaan air bersih. "Kami lakukan suplai air bersih untuk kebutuhan masak dan minum, ada juga sumbangan dari instansi lain," kata Tanto.
Pasokan air bersih tersebut akan terus diberikan hingga turun hujan dan desa-desa setempat tidak lagi mengalami kekeringan. "Jika belum turun hujan, kami masih ada stok air bersih dan kami perpanjang status siaga bencana kekeringan."
Satu warga Desa Manduro Manggung Gajah, yang kekeringan, Sukron, mengatakan sumber air dari sumur yang berada di rumahnya berkurang drastis dalam sebulan terakhir. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, keluarganya mengandalkan pasokan dari pemerintah dan membeli. "Kami beli terutama untuk memasak," ujarnya.
ISHOMUDDIN
Terpopuler
Hina Jokowi di FB, Tukang Tusuk Sate Ini Ditahan
Penghina Jokowi di Facebook Unggah Gambar Cabul
Tak Mau MA Dipenjara, Keluarga Minta Bertemu Jokowi
Tukang Sate Penghina Jokowi Dibela Netizen