TEMPO.CO, Lamongan - Pemerintah Kabupaten Lamongan mendata warganya yang menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri, terutama di negara-negara Timur Tengah. Kebijakan itu dilakukan menyusul adanya kabar bahwa tujuh warga Lamongan menjadi anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pendataan dilakukan pemerintah Lamongan dengan kerja sama kepolisian resor setempat. Data mengenai Wildan Mukhollat, anggota ISIS yang meninggal di Irak beberapa waktu lalu, kini tengah dikembangkan. Pemerintah Lamongan akan meminta data dari Kementerian Luar Negeri dan, terutama, warga Lamongan yang menjadi buruh migran di Timur Tengah. “Kami tengah meminta data,” ujar juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Mohammad Zamroni, kepada Tempo, Jumat, 15 Agustus 2014.
Pemerintah Lamongan menyebutkan, para tokoh agama setempat, seperti dari Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, hingga Muhammadiyah, sudah diajak berdialog. Mereka memberi pemahaman tentang apa itu ISIS dan dampak keberadaannya di Timur Tengah serta di Tanah Air. Dari dialog tersebut, pemerintah Lamongan menegaskan menolak keberadaan organisasi ini.
Ihwal tujuh warga Lamongan yang diduga bergabung dengan ISIS, terutama yang bermukim di Kecamatan Solokuro dan Paciran, Zamroni melanjutkan, pihaknya telah meminta data mereka dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pemerintah Lamongan mencemati data-data para TKI tujuan Timur Tengah. Data ini akan dibandingkan dengan data milik Kepolisian Resor Lamongan.
Hasil pendataan ini nantinya dicek silang dengan data di Kecamatan Solokuro dan Paciran. Namun demikian, menurut Zamroni, pihaknya tidak akan masuk terlalu dalam, misalnya, tidak memeriksa hal yang berkaitan dengan organisasi terlarang atau tindak pidana. Pengecekan data ini, kata Zamroni, hanya bersifat membantu jika suatu saat diperlukan.
Sebelumnya, Kepolisian Resor Lamongan menyatakan ada kemungkinan sejumlah warga Kecamatan Solokuro menjadi anggota ISIS selain Wildan Mukhollat yang meninggal di Irak. “Bisa lebih dari tujuh orang,” ujar Kepala Kepolisian Resor Lamongan Ajun Komisaris Besar Solekan.
Dia mengatakan kematian Wildan Mukhollat sebenarnya sudah diketahui sejak lama. Bahkan sebelum isu tentang ISIS ramai di Tanah Air. Dia menyebutkan ada informasi bahwa tujuh warga Lamongan bergabung dengan organisasi ini di Irak dan Suriah.
Awalnya, kata Solekan, mereka berangkat dari Lamongan menuju beberapa negara di Timur Tengah sebagai buruh migran. Memang, banyak warga di beberapa kecamatan di Lamongan, seperti Solokuro, Brondong dan Paciran, yang bekerja sebagai pahlawan devisa. Kebanyakan pergi ke Malaysia dan Timur Tengah.
Sembari menjadi buruh migran di Timur Tengah, menurut Solekan, Wildan juga mendalami agama. Lalu belakangan diketahui Wildan bergabung dengan ISIS. Pria ini tewas dalam sebuah insiden di Irak. Ketika itu, orang tua Wildan justru meminta agar anaknya itu dimakamkan di Irak.
Karena itu, Solekan melanjutkan, ketika ada informasi dari intelijen bahwa ada tujuh warga Lamongan yang bergabung dengan ISIS, pihaknya menduga jumlahnya bisa lebih banyak lagi. Dia mengatakan sebenarnya isu ini sudah diketahui jauh sebelum muncul penolakan terhadap gerakan ISIS di Tanah Air. Namun jajarannya tak bisa berbuat banyak karena akses yang terbatas. “Kami kan di kabupaten,” tuturnya.
SUJATMIKO
Berita Terpopuler