TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Nova Riyanti Yusuf mengaku masih menyimpan kekecewaan mendalam terhadap keputusan partai. "Saya masih sakit hati karena sikap ketua fraksi sampai detik ini," ujar Nova, dalam pesan pendek kepada Tempo, Ahad, 29 Juni 2014.
Ia menilai pencopotan terhadap dirinya tidak tepat karena tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Ketua fraksi, kata Nova, seharusnya rajin melobi, bukan memecat tanpa ada kejelasan. Ia mengaku tidak tahu-menahu alasan pencopotan dirinya dari pimpinan komisi yang membidangi kesehatan. Pemecatan itu diduga karena tidak mengikuti arus Demokrat yang mendukung pencalonan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Kekecewaan lain yang diungkapkan adalah ia kecewa tidak dapat memperjuangkan RUU yang sudah dibahas sejak lama. "Saya kecewa tidak dapat mengawal RUU yang saya rawat dari benih seperti RUU Kesehatan Jiwa," ujar Nova. Terkait dengan pelemparan air keras terhadap kendaraan pribadinya, Nova menolak memberikan pernyataan apakah insiden ini ada kaitannya dengan pemecatan tersebut. Mengingat Nova memberikan pernyataan yang cukup keras di Twitternya yang mengatakan, "Demokrat membunuh saya."
Selama masa jabatannya, Nova dipercaya menangani sejumlah legislasi perundang-undangan. Ia pernah menjadi Ketua Panja RUU Keperawatan, Wakil Ketua Panja Jamkesmas, Ketua Panja Vaksin Flu Burung, Ketua Panja RUU Kesehatan Jiwa, Wakil Pansus RUU Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri. Ia menilai tindakan partai tidak sebanding dengan perjuangan yang ia lakukan selama ini.
Pada 27 Juni lalu, Nova menerima serangan teror di kediamannya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mobil Fortuner hitam miliknya disiram dengan zat kimia berbahaya sehingga kap mobil mengelupas. Ia mengaku tindakan teror itu bukan yang pertama, "Ada yang lain, tapi saya tidak mau buka. Saya lelah," ujar Nova.
Ia mengaku mulai diintimidasi sejak Desember 2013. "Banyak hal yang sudah saya niatkan dengan baik tapi kerap berbalik dan dipersepsikan menjadi negatif sehingga muncul berbagai intimidasi. Kejadian kemarin sudah terlalu dekat dan harus diwaspadai," ujarnya.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Membelot, Bupati Sutedjo Diminta Keluar dari PDIP
Ganjar Mediasi Penolak dan Pendukung Pabrik Semen
Ribuan Mahasiswa Pindah TPS di Semarang