TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen, S.IP, bereaksi terhadap tulisan wartawan Amerika Serikat, Allan Nairn, di blognya pada 21 Maret 2010 mengenai pembunuhan aktivis di Aceh pada 2009.
Menurut Sagom, Allan Nairn melakukan kebohongan publik dengan mengatakan Kopassus TNI AD melakukan pembunuhan itu atas perintah petinggi di Jakarta. "Dapat dibantah dengan hanya dua fakta yang tidak terbantahkan," katanya seperti dikutip dari situs Tni.mi.id pada Jumat, 27 Juni 2014. (Baca: Jurnalis Allan Ungkap Pembunuhan Aktivis Aceh)
Pertama, ia menjelaskan, sesuai dengan salah satu butir kesepakatan dalam MoU Helsinki, pasukan non-organik TNI harus segera ditarik dari sana. Penarikan pasukan non-organik dilaksanakan akhir 2005, dan sejak 2006 hingga sekarang tidak ada lagi pasukan non-organik (termasuk Kopassus TNI AD) yang bertugas di Aceh.
Kedua, selama penyelenggaraan Pemilu 2009, institusi TNI tidak pernah menerima laporan dari Polri atau pengawas pemilu yang menyatakan adanya prajurit Kopassus TNI AD melakukan pembunuhan terhadap rakyat sipil atau aktivis partai lokal di Aceh.
Dengan kedua bukti ini, menurut Sagom, tudingan Allan Nairn terhadap Kopassus TNI AD salah alamat. Dan bidikan Allan Nairn terhadap Kopassus TNI AD ini mengundang pertanyaan: "Ada maksud dan niat apa di balik tuduhan dan kebohongan tersebut?"
Sagom menjelaskan cerita Allan Nairn didasarkan pada pernyataan sejumlah pihak yang dia katakan sebagai pihak yang terlibat dalam pembunuhan. Satu kesimpulan yang seharusnya tidak layak ditebar wartawan senior sekelas Allan Nairn. Sebab, sangat tidak mungkin seseorang yang dikatakan terlibat dalam pembunuhan mengakui perbuatannya kepada siapa pun. Kecuali yang bersangkutan memang ingin mendekam dan hidup dalam penjara.
Ia mengatakan TNI tidak perlu menduga-duga terlalu jauh karena sedikit-banyak telah mengenal sepak terjang Allan Nairn sejak 1980-an. "Yang penting, seluruh komponen bangsa Indonesia harus waspada terhadap isu-isu picisan yang dilontarkan pihak-pihak tertentu yang bertujuan menghancurkan pilar-pilar keutuhan, bahkan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia," kata Sagom menutup keterangannya.
Pada 22 Juni 2014, Allan juga menulis dalam blognya tentang wawancaranya dengan mantan Komandan Jenderal Kopassus Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto pada 2001, sekitar setahun setelah kembali ke Indonesia dari Yordania. Sejak pengujung 1998, Prabowo tinggal di luar negeri, termasuk Eropa dan Yordania, setelah diberhentikan dari ketentaraan karena dinyatakan terlibat penculikan aktivis pada 1997. (Baca: Wartawan Investigasi Bongkar Rahasia Prabowo)
ELIK SUSANTO
Berita Terpopuler:
Lecehkan Benyamin, Program YKS Trans TV Dihentikan
Elektabilitas Jokowi 45 Persen, Prabowo 38,7 Persen
Pemecatan Kader Golkar, Ical Bakal Diserang Balik
Enam Pengusaha RI Masuk Daftar 48 Dermawan Asia