TEMPO.CO, Surakarta - Sejumlah pelajar tunanetra di sekolah kejuruan di Surakarta, Jawa Tengah, kesulitan menjawab soal pada hari pertama pelaksanaan ujian nasional, Senin, 14 April 2014. Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8 Surakarta, ada dua peserta ujian tunanetra.
“Sangat disayangkan, tidak ada soal braille bagi peserta ujian tunanetra,” kata Sekretaris Komisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surakarta Abdul Ghofar Ismail di sela pemantauan ujian nasional di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 8 Surakarta, Senin, 14 April 2014.
Pengawas ujian pun jadi harus membacakan soal untuk peserta ujian tunanetra. Dan, mereka dipisahkan dari peserta ujian lain. “Karena takut mengganggu konsentrasi peserta ujian lain, mereka ditempatkan di ruangan lain,” ucap Abdul.
Soal juga harus dibacakan beberapa kali agar mereka lebih paham. “Sedikit-banyak, hal ini mengganggu siswa tunanetra,” kata Abdul. Akibatnya, waktu pengerjaan menjadi lebih lama sehingga ada tambahan waktu 40 menit untuk tiap mata pelajaran yang diujikan.
Abdul meminta pemerintah pusat memikirkan penyediaan soal dengan huruf braille bagi peserta ujian tunanetra. Hal ini merupakan bentuk kesetaraan bagi semua peserta ujian nasional. “Dua tahun lalu ada soal braille. Kenapa sekarang tidak ada? Mestinya tiap ujian nasional ada soal braille,” ujarnya.
Di Surakarta, sebanyak 14.012 siswa mengikuti ujian nasional tingkat SMA pada 2014.
UKKY PRIMARTANTYO