TEMPO.CO, Bojonegoro - Meski banjir tak menyambangi Bojonegoro, Jawa Timur, selama Februari 2014, pemerintah belum mencabut status waspada banjir. “Status waspada memang belum dicabut,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Amir Sahid pada Tempo, Senin, 24 Februari 2014. Cuaca yang tidak menentu membuat Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya bencana banjir.
Bagi warga Bojonegoro yang tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo, musim penghujan pada Januari-Maret adalah hari-hari yang kurang mengenakkan. Pada bulan itu, bencana banjir kerap terjadi di sebelas kecamatan di Bojonegoro. Mulai dari Kecamatan Kota, Ngraho, Padangan, Purwosari, Kasiman, Kalitidu, Malo, Trucuk, Dander, Kapas, Kanor, dan Baureno.
BPBD memperkirakan banjir akan datang pada 15-20 Februari. Namun perkiraan itu tidak terjadi. Meski begitu, bukan berarti situasi akan aman karena bencana banjir dan angin ribut dan sejenisnya tetap bisa terjadi. “Itu yang meski dipikirkan,” kata Amir.
Bojonegoro memiliki empat bangunan permanen untuk pengungsi, yaitu di areal evakuasi Taman Bahagia di Kecamatan Trucuk; Desa Kebun Agung, Kecamatan Padangan; Kecamatan Kalitidu; dan Jalan Ahmad Yani. Tempat itu bisa menampung 15-20 ribu pengungsi.
Banjir bandang masih terjadi Sabtu sore pekan lalu, 22 Februari 2014. Kawasan yang terkena banjir adalah Dusun Sugihan, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro. Banjir bandang yang disertai lumpur menggenangi badan jalan setinggi 50 sentimeter dan mengganggu jalur Bojonegoro-Nganjuk. Banjir bandang baru surut pada Sabtu malam, meski juga mengkhawatirkan karena licin akibat lumpur. “Lumayan banyak lumpurnya,” ujar Suyitno, sopir truk asal Gondang.
SUJATMIKO
Berita Terpopuler
Pengamanan Jokowi, Pengawal Banyak Tak Berseragam
Apartemen Dulu, Lalu Monorel di Bekasi
Penganiayaan Pembantu, Istri Jenderal Diperiksa Senin